Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bangun BSD City Saja Butuh 25 Tahun, Berapa Lama Bangun Ibu Kota Baru?

Kompas.com - 01/05/2019, 17:00 WIB
Dani Prabowo,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah pusat membutuhkan kawasan seluas 40.000 hektar untuk disulap menjadi ibu kota negara baru.

Kendati belum diputuskan lokasi mana yang akan digunakan, dipastikan anggaran yang dibutuhkan tidaklah sedikit.

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) memperkirakan, kebutuhan anggaran untuk mengembangkan lahan seluas tersebut mencapai Rp 466 triliun.

Alasannya, seluruh aparatur sipil negara (ASN) yang bekerja di kantor pusat akan dipindahkan ke ibu kota baru mendatang.

Pengamat tata kota dari Universitas Trisakti, Nirwono Yoga menilai, dibutuhkan waktu lama hingga puluhan tahun untuk menyiapkan ibu kota baru dengan luas tersebut.

Kawasan BSD City yang seluas 6.000 hektar saja, sebut dia, butuh waktu hampir 25 tahun untuk mengembangkan kurang dari separuhnya yakni 2.000-an hektar.

Baca juga: Ibu Kota Pindah, Pemerintah Frustrasi Benahi Jakarta?

"Artinya, kalau bicara 40.000 hektar itu membutuhkan biaya yang cukup besar dan waktu yang sangat lama," kata Nirwono kepada Kompas.com, Selasa (30/4/2019)

Sementara itu, meski belum diputuskan lokasi ibu kota baru, wilayah Kalimantan dinilai menjadi opsi yang paling tepat untuk pemindahan ini.

Sebab, pulau ini dianggap paling aman terhadap potensi guncangan gempa dibandingkan pulau-pulau besar lainnya.

Namun, Nirwono menilai, ada sejumlah hal yang perlu menjadi catatan pemerintah. Pertama, sejumlah kota besar di pulau ini tak luput dari persoalan banjir.

"Samarinda, Balikpapan, Palangka Raya pun terdampak banjir. Belum kalau bicara asap akibat kebakaran hutan. Ini juga jadi pekerjaan rumah yang harusnya jadi pertimbangan," sambung Nirwono.

Baca juga: Pindahkan Ibu Kota, Pemerintah Tak Bisa Andalkan APBN Murni

Kedua, mengenai pasokan air bersih. Hal itu disebabkan luasnya daerah gambut di Kalimantan sehingga menyebabkan air cenderung asam.

"Jadi tidak mungkin memindahkan kota di tanah yang tanahnya tanah gambut. Lalu cari lokasinya di mana? Pasti kalau bicara Kalimantan, hutan yang akan kena," ungkapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau