KOMPAS.com - Belanda berhasil membendung laut untuk mengatasi bencana banjir. Meski begitu, negara ini pun tak luput dari potensi bahaya serupa di beberapa daerah, seperti di Njmegen.
Arsitek lanskap, Schouten mengatakan, 20 tahun lalu pertahanan tanggul di daerah ini mulai retak.
"Pada 1993 dan 1995 tanggul hampir gagal sehingga 20.000 penduduk dievakuasi," ujar Schouten.
Dia menuturkan, hal tersebut merupakan panggilan peringatan. Setelah itu, peringatan kerusakan tanggul kembali terulang pada tahun 2000, ketika perubahan iklim diperkirakan akan berdampak pada kenaikan muka air di sekitar tanggul-tanggul di negara itu.
Baca juga: Nyamannya Tempat Penampungan Korban Banjir di Jepang
Hal ini kemudian membuat Belanda melakukan perubahan besar-besaran. Alih-alih membangun tanggul yang lebih tinggi untuk melindungi diri dari air, pemerintah setempat memutuskan untuk mengelola banjir dengan menyediakan area khusus sebagai tempat luapan.
Kebijakan ini juga berarti membiarkan banjir terjadi di suatu daerah untuk mencegah luapan air terjadi di daerah lain yang lebih padat.
Proyek penyediaan lahan khusus untuk aliran banjir ini disebut Room for the River.
Namun rencana ini menemui kendala. Daerah yang sedianya akan digunakan untuk menampung banjir telah dipadati puluhan keluarga.
Baca juga: Meski Dihadang Banjir, Jembatan di Belanda Masih Bisa Dilewati
Schouten mengatakan, butuh waktu bertahun-tahun agar warga yang tinggal di area tersebut bersedia dipindahkan.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan