Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Harun Al Rasyid Lubis
Pengamat

Dosen Institut Teknologi Bandung (ITB) dan  
Chairman Infrastructure Partnership and Knowledge Center (IPKC)

Infrastruktur Transportasi dan Tata Ruang Kota, Bisakah Dikendalikan?

Kompas.com - 17/02/2019, 17:43 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Diversity atau keberagaman mensyaratkan baur-guna lahan TOD dengan memadukan perkantoran, perdagangan dan hunian untuk berbagai kalangan ekonomi.

Mencapai tujuan ideal berupa komunitas yang setara dan inklusif  memerlukan kepemimpinan kelembagaan yang kuat, master plan yang kuat dan sumber daya mumpuni.

Impian

Berdasarkan master plan Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ), diharapkan setidaknya 60 persen dari perjalanan harian dilakukan via transit. Angka tersebut saat ini masih 30 persen, dengan kontribusi rel yang hanya sebesar 4,5 persen.

Mengintegrasikan berbagai jaringan transit di Jabodetabek (MRT, LRT, BRT, bis dan angkot) beserta pengelolaannya menjadi kunci untuk mencapai tujuan ini.

Apabila seorang penghuni kota memerlukan 2 sampai 4 jam perjalanan dalam sehari, dapat diestimasi rerata terdapat 30 juta pejalanan di dalam Jakarta sendiri dan 60 juta di kawasan Jabodetabek.

Angka ini akan bertambah 20 persen untuk kedua kawasan pada tahun 2029. Apakah jaringan transit saat ini dan yang direncanakan dapat mengakomodasi permintaan mobilitas tersebut?

Padahal, berbagai fasilitas transportasi umum memiliki kapasitas terbatas sementara pengguna kian melonjak. Penumpang rel komuter (KCI) akan mencapai 1,2 juta perjalanan dalam waktu dekat. Baru-baru ini, hampir setengah juta penumpang harian diangkut oleh bus rapid transit (Transjakarta).

Angka-angka ini dapat berlipat ganda jika dihitung semua transportasi umum, seperti metromini, bis biasa, dan angkot.

Sebanyak 10 bus transjakarta rute Ragunan dan Ancol, dipasangi stiker bergambar satwa. Pemasangan stiker itu sebagai bagian keikutsertaan PT Transjakarta memperkenalkan lokasi wisata di Ibu Kota. DOK. PRIBADI/PT TRANSJAKARTA Sebanyak 10 bus transjakarta rute Ragunan dan Ancol, dipasangi stiker bergambar satwa. Pemasangan stiker itu sebagai bagian keikutsertaan PT Transjakarta memperkenalkan lokasi wisata di Ibu Kota.
Target 60 persen untuk transit umum diestimasikan ekuivalen dengan 21,6 juta dan 44 juta perjalanan harian di wilayah Jakarta dan Jabodetabek. Ini adalah target besar untuk dicapai pada 2029.

Artinya untuk mengisi kesenjangan, setiap tahun harus selesai dibangun empat kali kapasitas setara KRL komuter selama sepuluh tahun.

Sementara itu, teramat sulit dibayangkan MRT dan LRT juga BRT TransJakarta yang sedang dikembangkan dapat memenuhi kebutuhan perjalanan sebesar 40 juta per hari.

Terlebih tanpa kebijakan lain yang menyertainya seperti demand management yang kuat, pengendalian parkir dan percepatan penerapan electronic road pricing (ERP), serta instrumen kendali urban pricing lainnya.

Upaya 

Sesuai pepatah Korea, kapal bisa sampai di gunung jika memiliki banyak kapten. Antusiasme TOD sekarang ibarat berlayar pada kapal bocor, terlalu banyak leader (kapten). Bertambah tidaknya kebocoran sangat tergantung pada regulasi zonasi lebih lanjut dan pengelolaan penggunaan lahan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com