KOMPAS.com - Sebuah sekolah di Kamboja dirancang dengan menggunakan bahan-bahan dan hasil kerajinan masyarakat lokal.
Yang membuatnya unik, dan menarik, hampir seluruh bagian utama gedung terbuat dari bahan-bahan bersumber alami, seperti batu bata dari lumpur, singkong, bambu, dan anyaman rumput.
Sekolah yang diberi nama The Agriculture & Technology Centre di Krong Samraong, Kamboja dirancang oleh Squire and Partners dan SAWA serta dibangun oleh kontraktor lokal dan petani dengan bantuan sukarelawan asal Inggris.
"Bangunan yang kami kirimkan telah memanfaatkan sumber daya dan keterampilan yang tersedia, menggunakan bahan-bahan lokal seperti tanah, rumput, dan singkong yang disatukan dengan kolaborasi dengan pekerja dan perajin lokal," ujar partner di Squire & Partners,Tim Gledstone.
Bahan utama gedung terbuat dari bata khusus yang terbuat dari campuran lumpur, singkong, dan sekam padi.
"Semua bahannya ada di sana, hanya membutuhkan cetakan khusus untuk membentuk bata," ujar dia.
Setiap dindingnya dirancang dengan ventilasi untuk memanfaatkan cahaya matahari dan udara dari luar gedung.
Untuk merancang struktur ini, arsitek bekerja sama dengan para petani organik lokal.
Ruang pengajaran utama dibagi menjadi dua menggunakan pembatas yang terbuat dari anyaman rumput.
Anyaman ini dibuat oleh penduduk wanita yang dapat diturunkan untuk tikar atau digulung tergantung kebutuhan. Sedangkan penutup lampu dirancang dari keranjang anyaman rotan.
Sementara atap dirancang dari anyaman rumput dengan struktur yang terbuat dari bambu.
Gedung ini menyediakan pendidikan dalam teknologi pertanian bagi penduduk lokal, serta memberikan fasilitas untuk peluang usaha. Setiap sudut bangunan sekolah dirancang agar sesuai dengan iklim tropis Kamboja.
Lantai sekolah ditinggikan untuk mengantisipasi terjadinya banjir. Struktur utama sekolah difungsikan sebagai aula dengan ruang kantor dan penyimpanan. Sedangkan ruang kelas berada di kedua sisi lorong bangunan.
Terpisah dari bangunan utama, arsitek juga merancang gedung tambahan dengan ukuran lebih kecil. Gedung ini difungsikan sebagai toilet biogas dengan atap bambu spiral.
Sementara jalan masuk menuju ke gedung dicor dari cetakan bambu.
Sekolah ini diluncurkan pada Desember 2018. Pembangunan fase pertama diperkirakan dapat mengakomodasi sekitar 200 siswa pada 2020.
Sedangkan tahap kedua rencananya akan segera dibangun untuk memperluas dan meningkatkan fasilitas pengajaran.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.