Meski begitu, berkat karya Liem, bentuk rumah di daerah Pecinan maupun bergaya Indisch yang dimiliki masyarakat Tionghoa kaya sebelum tahun 1900-an, terlihat kuno dibanding dengan desain yang ia hasilkan.
"Ada perubahan dan perpaduan karena perkembangan zaman di rumah-rumah Tionghoa. Paling banyak di Semarang, ada rumah (arsitektur Tionghoa) campur sama art deco. Ini istimewa," ujar dosen Departemen Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Airlangga, Adrian Perkasa kepada Kompas.com, Selasa (29/1/2019).
Bentuk rumah yang dirancang oleh Liem mengadopsi langgam arsitektur modern, sesuai dengan ilmu yang ditimbanya selama di Eropa.
Keberhasilan arsitektur modern yang dibawa arsitek Belanda merupakan penyesuaian yang baik dengan iklim tropis lembab di Nusantara.
Mayoritas rumah hasil rancangannya menerapkan denah-denah terbuka alias open space dan continous space.
Baca juga: Asal-usul Ruko, Dari Fujian Hingga Ke Pecinan
Hal ini membuat desain rumah karya Liem menjadi pembaru dalam dunia arsitektur Tionghoa di Jawa pada masa itu.
"Misalnya ada kolom-kolom besar dengan gaya neo-klasik. Atapnya tetap pakai model ekor burung walet, tapi ada pilar Eropanya," tutur Adrian.
Kebanyakan klien yang menggunakan jasanya merupakan orang yang berpendidikan Barat, sehingga dengan mudah menerima modernisasi sebagai bagian dari hidupnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.