JAKARTA, KOMPAS.com - Bangunan rumah toko atau ruko merupakan elemen penting bagi pedagang Tionghoa.
Bangunan khas yang dulu dibangun di kawasan permukiman ini dianggap tepat untuk menjalankan aktivitas komersial sekaligus sebagai tempat tinggal.
Fungsi ganda ini membuat ruko dianggap efektif. Ini karena pemilik ruko dapat mengawasi langsung barang dagangannya sekaligus mengurangi biaya transportasi karena tidak perlu pindah dari rumah.
Dosen Departemen Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Airlangga, Adrian Perkasa, menuturkan, jenis arsitektur ini dibawa masyarakat Tionghoa dari China Selatan atau tepatnya dari Provinsi Fujian.
Baca juga: Permukiman Tionghoa Harus Membelakangi Bukit
Secara garis besar, bentuk ruko memiliki fungsi dan penggunaan ruangan yang hampir sama dengan rumah Tionghoa pada umumnya.
Namun menurut Adrian, ada beberapa hal yang membedakan fungsi ruko dengan rumah Tionghoa pada umumnya.
Kawasan ruko biasanya dibangun berderet dan berada tepat di tepi jalan. Deretan ruko bisa terkonsentrasi dalam satu kawasan dan membentuk blok, ataupun linier mengikuti suatu ruas jalan tertentu.
Karena berderet dan diapit dengan ruko tetangganya, jenis bangunan ini hanya memiliki satu fasad yakni pada bagian depan.
Adrian menyebutkan, konstruksi ruko di Indonesia hampir sama seperti di Malaka dan Georgetown.
Ruko biasanya dibangun di atas sebidang tanah dengan ukuran tertentu. Di beberapa tempat lantai pertama ruko dimundurkan sedangkan lantai kedua dibangun lebih lebar yang berfungsi sebagai peneduh.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.