JAKARTA, KOMPAS.com - Arsitek Tionghoa Liem Bwan Tjie memadukan arsitektur tradisional China dengan model Eropa. Hal ini membuatnya dipandang sebagai salah satu arsitek modern pada zamannya, di luar arsitek Belanda.
Handinoto dalam Liem Bwan Tjie, Arsitek Modern Generasi Pertama Di Indonesia (1891-1966), yang dipublikasikan di jurnal Dimensi pada 2004 menulis, Liem mengawali karirnya dengan mendesain rumah tinggal bagi orang-orang kaya, terutama di Semarang dan kota-kota besar lainnya di Jawa.
Beberapa hasil karyanya antara lain rumah tinggal Sih Tiauw Hien di Semarang, vila Oei Tjong Houw di Kopeng.
Baca juga: Liem Bwan Tjie, Tionghoa Pelopor Arsitektur Modern Indonesia
Kemudian ada rumah tinggal milik Tan Tjong Ie, rumah Ir. Be Kian Tjong, serta hunian milik Dr. Ir. Han Tiauw Tjong. Semua rumah rancangan ini berada di Semarang.
Ada pula rumah tinggal The Bo Djwan di Malang. Karya Liem yang dibangun pada 1934 ini mendapat julukan rumah terbaik di Malang pada masanya.
Keunikan rumah ini terdapat pada penggunaan garis horizontal yang dominan dan sejajar dengan tanah. Terakhir, hunian ini difungsikan sebagai outlet produksi Batik Semar.
Salah satu karya terbesarnya adalah merancang kantor pusat serta cabang dari perusahaan milik raja gula Semarang, Oei Tiong Ham Concern pada tahun 1930-1931.
Bangunan lama kantor pusat yang berada di Semarang ini diganti dengan rancangan arsitektur modern. Kemudian disusul dengan cabang-cabangnya yang ada di Surabaya dan Semarang.
Meski merancang rumah modern, Liem tetap mempertahankan gaya tradisional Tionghoa. Hal itu tercermin dari unsir dan ragam hias berbau etnik China yang diwujudkan dalam bentuk perabot.
Salah satunya pada rancangan rumah milik Han Tiauw Tjong di Semarang. Perabot yang ada di dalamnya, merupakan hasil karya Liem dengan ciri khas Tionghoa.
Dia juga aktif merancang berbagai fungsi bangunan lain seperti makam, rumah ibadah, dan gedung sekolah.
Proyeknya tersebar di banyak kota di Indonesia, seperti Semarang, Surabaya, Palembang, Medan, Ambon, Manado, dan sebagainya.
Berkas arsip karyanya juga cukup banyak tersimpan di Nederlands Architectuurinstituut (NAi) di Belanda.
Baca juga: Atap Ekor Burung Walet, Lambang Kemakmuran Warga Tionghoa
"Tapi harus diakui bahwa meskipun banyak karya yang dihasilkan oleh liem, tapi sebagian besar memang bukan karya masterpiece dalam arsitektur Indonesia," tulis Handinoto.