JAKARTA, KOMPAS.com - Tak hanya Kali Sentiong atau beken disebut Kali Item, pencemaran karena limbah juga banyak terjadi di kota-kota besar di Indonesia. Limbah tersebut tak hanya berasal dari industri, melainkan juga rumah tangga.
Khusus di Jakarta, jumlah rumah tangga dengan jamban tanpa tangki septik masih tinggi. Bahkan, cakupan pengelolaan air limbah domestik baik secara terpusat maupun setempat juga masih terbatas.
Akibatnya, terjadi pencemaran air, seperti di Kali Item dan Sungai Ciliwung. Pencemaran di Sungai Ciliwung bahkan tergolong tinggi.
Dari 14 titik pantau, konsentrasi Fecal Coliform mencapai 100.000/100 mililiter, di atas baku mutu yang ditetapkan yaitu, 2.000/100 mililiter.
Baca juga: Solusi Kali Item, Pemprov DKI Harus Bangun Instalasi Limbah
Kondisi air tanah tercemar ditemukan di 54 persen dari total 197 titik pantau. Sedangkan kondisi air sungai tercemar ditemukan di 37 persen dari total 89 titik pantau.
Bahkan hampir semua kota Indonesia hanya memiliki sistem limbah komunal.
Hal ini menunjukkan masih banyak kota yang menganggap waste water management bukan merupakan isu prioritas.
Padahal menurut Ketua Umum Ikatan Ahli Perencanaan (IAP) Bernardus Djonoputro, waste water mngement merupakan aspek penting dalam penataan kota.
Bernardus menyebutkan dalam Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN), rencana dan tata kelola kota seharusnya dilengkapi dengan saluran-saluran limbah maupun indikasi program pengembangannya.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.