Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 14/12/2018, 08:50 WIB
Rosiana Haryanti,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

Khalawi mengatakan, sebanyak 20 hingga 30 persen hunian yang dibangun dengan konsep ini ditujukan untuk MBR.

Baca juga: Pemerintah Wajibkan Pengembang TOD Sediakan Unit untuk MBR

"Peruntukannya sudah jelas kan bahwa 20-30 persen untuk MBR tentunya sesuai dengan harga standar yang ditetapkan pemerintah," ucap Khalawi, Rabu (12/12/2018).

Khalawi menambahkan, setiap pengembang hunian berbasis TOD diwajibkan menyediakan unit bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).

Hal tersebut dilakukan agar para MBR dapat membeli hunian dengan harga terjangkau yang dekat dengan fasilitas transportasi publik.

TOD, Solusi atau Masalah?

Hunian TOD dianggap dapat menjadi salah satu cara untuk mengurai kemacetan.

Seperti yang dikatakan oleh Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Basuki Hadimuljono, saat peremian TOD Pondok Cina (2/10/2017), pembangunan apartemen berbasis TOD merupakan solusi untuk menyediakan hunian yang layak dan terjangkau.

Bahkan masyarakat mendapat manfaat dengan tinggal di TOD. Ini karena mereka dapat menggunakan transportasi publik berupa kereta komuter, sehingga dapat memangkas waktu perjalanan dibandingkan dengan membawa kendaraan pribadi.

Hal ini secara tidak langsung dapat mengurangi kemacetan di jalan-jalan arteri.

Sedangkan menurut Associate Director Pandega Desain Weharina (PDW) Architect Gito Wibowo, selain mengurangi kemacetan, keberadaan hunian TOD secara langsung juga dapat mengurangi polusi udara.

Cisauk Point, proyek apartemen dan rusun yang dikembangkan PT Adhi Karya di Stasiun Cisauk.Kompas.com / Dani Prabowo Cisauk Point, proyek apartemen dan rusun yang dikembangkan PT Adhi Karya di Stasiun Cisauk.
Lebih lanjut, hunian TOD juga dapat mengatasi permasalahan perkotaan di Jakata, termasuk kawasan kumuh.

"Kalau di pedesaan kan asri, kalau di kota banyak yang kumuh. Saya sampaikan, (TOD) ini bisa menata kota untuk hilangkan kekumuhan kota apalagi Jakarta sebagai ibu kota," ujar Basuki saat peresmian TOD Stasiun Senen (10/10/2017).

Namun banyak kalangan menilai, implementasi pembangunan hunian dengan konsep TOD melenceng dari tujuan yang seharusnya.

Salah satu masalahnya adalah hunian berbasis TOD dianggap merupakan ajang komersialisasi dengan menyediakan angkutan massal berupa kereta yang dilengkapi dengan fasilitas komersial di setiap stasiun.

Baca juga: TOD di Indonesia Tak Lebih dari Komersialisasi Stasiun

"Padahal, dari pengalaman banyak negara, tidak semua titik transit bisa jadi vibrant dan punya nilai komersial yang sama," ujar Bernardus.

Nilai apartemen semakin seksi akibat letaknya tepat di seberang pusat belanja dan sejengkal dengan Stasiun KRL, terintegrasi dengan Transjakarta dan airport shuttle menuju bandara internasional Soekarno?Hatta International.Dok PWS Nilai apartemen semakin seksi akibat letaknya tepat di seberang pusat belanja dan sejengkal dengan Stasiun KRL, terintegrasi dengan Transjakarta dan airport shuttle menuju bandara internasional Soekarno?Hatta International.
Bahkan menurut Bernardus, BUMN yang mencoba merealisasikan TOD hanya menganggap masyarakat kota sebagai konsumen yang menjadi obyek bisnis semata.

"Ada bahaya over commercialization dari TOD," imbuh Bernardus.

Konsep TOD di Indonesia juga dianggap tidak proporsional karena pemikirannya hanya dari aspek komersial semata.

Selain itu, konsep TOD juga dianggap hanya sekedar marketing gimmick. Menurut Direktur Eksekutif Jakarta Property Institute (JPI), Wendy Haryanto, penawaran hunian berkonsep TOD tidak sesuai dengan kondisi sebenarnya.

Padahal, hunian berkonsep TOD harus berbasis konektivitas. Artinya semua orang yang tinggal di hunian tersebut bisa mengakses berbagai moda transportasi umum yang aman, nyaman, dan terjangkau dengan mudah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com