Kawano mengungkapkan, selain menjaga keandalan bisnis transportasi dan kenyamanan stasiun, salah satu rahasia keberhasilan bisnis JR Kyushu adalah pengembangan kawasan yang mereka lakukan.
Melalui lini bisnis real estat, mereka juga mengembangkan bisnis penjualan kondominium serta penyewaan apartemen di sepanjang jalur yang dilalui kereta sejak 1988. Pengembangan tersebut rupanya turut mendongkrak pemasukkan JR Kyushu.
Pada triwulan ketiga tahun ini misalnya, tak kurang dari 6.415 kondominium yang telah dijual dan 3.147 unit apartemen yang disewakan.
Jumlah tersebut naik bila dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Pada 2014 di periode yang sama, jumlah kondominium yang dijual mencapai 4.338 unit dan apartemen yang disewakan 1.879 unit.
Sementara, pada 2009, jumlah kondominium yang dijual hanya mencapai 1.980 unit dan apartemen yang disewakan mencapai 1.246 unit.
Tak langsung berhasil
Pengembangan kawasan dan ritel menjadi salah satu aspek mutlak untuk mendukung bisnis jasa transportasi seperti kereta.
Terlebih dalam kasus Fukuoka secara khusus dan Jepang secara umum, pertumbuhan penduduk tidak secepat pertumbuhan penduduk di Indonesia.
Kawano mengatakan, sebelum 1987, Stasiun Hakata dikelola oleh Japan Nasional Railway (JNR) yang dimiliki oleh negara. Namun setelah itu, privatisasi dilakukan sehingga pengelolaan menjadi ranah swasta.
Pada awal privatisasi, pendapatan utama JR Kyushu masih berasal dari penjualan tiket kereta yaitu 81,8 persen. Sementara, pendapatan dari usaha non tiket hanya 18,2 persen.
Kendati pendapatan dari bisnis kereta terlihat besar, kenyataannya perusahaan ini masih menderita kerugian hingga 28,8 miliar.
"Pendapatan kami 130 miliar yen, tapi kami masih mengalami kerugian 30 miliar yen," kata Kawano.
Hal itulah yang kemudian mendorong JR Kyushu secara ekspansif melakukan pengembangan bisnis di lini lainnya. Kini, setelah 30 tahun privatisasi, JR Kyushu berhasil mencatat keuntungan sebesar 46,7 miliar pada 2017.
"Sumbangan terbesar dari bisnis non tiket yaitu 63,4 persen, sedangkan pendapatan dari railway traffic hanya 36,6 persen dari total pendapatan," ujarnya.
Kawano mengungkapkan, pihaknya tidak pernah berhenti berupaya agar pendapatan dari bisnis tiket dapat dikatrol.
Salah satunya yakni dengan membuka jalur kereta Shinkansen pada 2011 lalu. Meski demikian, hal itu masih belum memberikan kontribusi cukup besar.
Karena itu, pihaknya terus melakukan pengembangan kawasan stasiun untuk menjaga agar pendapatan mereka terus tumbuh.
Baik itu dengan menambah ruang komersil maupun dengan membuka universitas dan apartemen maupun kondominium baru dengan bekerja sama dengan lembaga pendidikan.
Dengan demikian, pendapatan akan terus terdorong pada tahun-tahun berikutnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.