JAKARTA, KOMPAS.com - PT Urban Jakarta Propertindo Tbk atau Urban Jakarta, pengembang hunian yang berkonsep Transit Oriented Development (TOD), secara resmi mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan kode perdagangan “URBN”, Senin (10/12/2018).
Jumlah saham yang dilepas sebanyak 360.000.000 (tiga ratus enam puluh juta) lembar saham atau 11,24 prsen dengan harga Rp 1.200 per saham melalui mekanisme Penawaran Umum Perdana Saham yang dilaksanakan pada 3 Oktober 2018.
Penawaran Umum Perdana Saham Urban Jakarta ini mendapatkan respon positif dan antusiasme dari masyarakat.
Terbukti, menurut Direktur Urban Jakarta Tri Rachman Batara perseroan membukukan kelebihan permintaan (oversubscribed) 2,6 kali dari jumlah saham yang ditawarkan.
Melalui IPO ini, Urban Jakarta berhasil memperoleh dana senilai Rp 430 miliar.
"Kami percaya bahwa properti dengan konsep TOD yang kami kembangkan itu merupakan pilihan cerdas bagi masyarakat urban di Jakarta," ujar Tri dalam keterangan tertulis kepada Kompas.com.
Perseroan, sambung dia, menawarkan solusi menghadapi kemacetan, dan keterjangkauan (affordibility) hunian yang lebih baik kepada masyarakat urban Jakarta.
Urban Jakarta resmi menjadi emiten ke-54 yang tercatat di BEI tahun ini serta ke-616 dari keseluruhan total emiten.
Untuk aksi korporasi ini, Urban Jakarta menunjuk PT RHB Sekuritas Indonesia dan PT Sinarmas Sekuritas selaku Penjamin Pelaksana Emisi Efek (Joint Lead Underwriters atau JLU).
Perseroan secara bersamaan juga menerbitkan 504.000.000 (lima ratus empat juta) Waran Seri I yang menyertai Saham Baru Perseroan atau 19,68 persen dari total jumlah saham ditempatkan dan disetor penuh pada saat pernyataan pendaftaran dalam rangka Penawaran Umum Perdana Saham ini disampaikan.
Waran Seri I diberikan secara cuma-cuma sebagai insentif bagi para pemegang Saham Baru yang namanya tercatat dalam Daftar Pemegang Saham pada Tanggal Penjatahan.
Seluruh dana yang diperoleh Perseroan dari hasil Penawaran Umum Perdana Saham akan dipergunakan sekitar 51 persen untuk akuisisi lahan di wilayah Jabodetabek, 31 persen lainnya untuk belanja modal dan pengembangan, serta 18 persen untuk modal kerja Perseroan.
Hal ini terutama disebabkan adanya peningkatan pada aset real estat sebesar Rp 162,31 miliar, atau 43,09 persen, sejalan dengan terlaksananya pembangunan proyek-proyek yang dimiliki oleh Perseroan.
Sementara untuk segmen pendapatan tercatat Rp 52,4 miliar, meningkat 44,00 persen dibanding pendapatan tahun 2017.