Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Demi Bertransportasi yang Lebih Baik, Contohlah Negeri Sakura...

Kompas.com - 03/12/2018, 15:30 WIB
Dani Prabowo,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

Gerakan Panggilan dan Bantuan

General Affair Asosiasi Operator Railway Swasta Jepang Ochi Masahiro menjelaskan, sejak 2016 seluruh operator terutama yang berada di wilayah perkotaan, melakukan kampanye 'Gerakan Panggilan dan Bantuan'.

Pada dasarnya, kampanye ini bertujuan untuk mendukung dan membantu orang-orang yang memerlukan bantuan, mulai dari ibu hamil, orang tua, orang cacat, dan orang asing.

Tujuannya, agar fasilitas di stasiun dapat digunakan lebih aman dan terjamin.

Namun, obyek dari gerakan ini tak hanya petugas stasiun, melainkan juga masyarakat pengguna kereta.

Dengan begitu, melalui peran aktif mereka diharapkan semakin banyak orang yang dapat terbantu.

"Kalau petugas stasiun, tentu memang itu sudah menjadi kewajiban. Tapi ini masyarakat yang kami harapkan. Karena itu, asosiasi kereta swasta membuat poster yang menggugah hati untuk mengingatkan masyarakat agar saling membantu," kata Ochi.

Anak-anak TK di Jepang berbaris saat hendak memasuki stasiun.Kompas.com / Dani Prabowo Anak-anak TK di Jepang berbaris saat hendak memasuki stasiun.
Kondisi ini tentu sedikit berbeda bila dibandingkan dengan apa yang terjadi di Indonesia, khususnya Jakarta.

Di mana orang yang menawarkan bantuan tak jarang justru kerap dicurigai oleh orang yang membutuhkan bantuan.

Oleh karena itu, diperlukan kampanye sejak dini untuk merubah perilaku masyarakat.

Seperti halnya yang dilakukan operator kereta api di Jepang yang bekerja sama dengan taman kanak-kanak untuk mengajarkan konsep bertransportasi publik yang baik kepada anak-anak TK.

Lewat aneka kompetisi perlombaan seperti menggambar, operator mengajarkan tentang bagaimana perilaku menggunakan kereta yang seharusnya dilakukan oleh mereka.

"Mereka diberi kebebasan untuk menggambar, berimajinasi tentang bagaimana seharusnya berperilaku dalam naik kereta. Dengan harapan, mereka akan melaksanakan itu ketika sudah besar," ungkap Deputi Direktur Management Station Office Yokohama Municipal Subway, Nakano.

Tak sampai di sana, budaya berkereta juga diajarkan langsung di lapangan. Ketika Kompas.com menyambangi Stasiun Kannai, misalnya, tampak puluhan anak-anak usia taman kanak-kanak berbaris rapi membentuk dua barisan saat hendak masuk stasiun.

Bahkan, mereka tak segan menyapa kami seraya melontarkan senyuman.

Pemandangan serupa juga terjadi di beberapa lokasi stasiun lainnya. Bagi Pemerintah Jepang, mengajarkan budaya bertransportasi harus dilakukan sedini mungkin guna membentuk perilaku positif di kemudian hari.

Tentunya, upaya ini perlu dicontoh Pemerintah Indonesia, terutama Pemprov DKI, yang memiliki jaringan transportasi berbasis rel di dalam kota.

Dengan harapan, dapat menumbuhkan budaya bertransportasi yang lebih tertib, aman dan nyaman bagi seluruh masyarakat.

Selain itu, masyarakat juga harus membantu pemerintah dalam memastikan tertib bertransportasi demi kenyamanan bersama.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com