Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pasar Properti Surabaya Tak Pernah Surut

Kompas.com - 17/11/2018, 08:34 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

SURABAYA, KOMPAS.com - Sebagai kota kedua terbesar di Indonesia, Surabaya menjadi patokan sebuah standar penilaian bisnis dan investasi setelah Jakarta. Termasuk untuk sektor properti.

Kendati bisnis dan investasi properti secara umum dipandang masih melambat, namun Kota Pahlawan ini menunjukkan kelasnya sebagai pasar yang tak pernah surut.

Pertumbuhan ekonominya menyentuh angka 7 persen, meningkat dibanding tahun 2015 yang menyentuh angka 5,8 persen. Ini artinya, pertumbuhan ekonomi Surabaya berada di atas Jawa Timur, dan Nasional.

Demikian halnya dengan kesejahteraan penduduk yang menurut data Susenas Biro Pusat Statistik (BPS) meningkat pesat. Jika pada 2010 kelompok bawah berjumlah 34,35 persen, tahun 2016 menjadi hanya 8,06 persen.

Sementara angka consuming class melonjak menjadi 41,29 persen dari sebelumnya hanya 13 persen dari total populasi Surabaya 3,057 juta jiwa.

Komisaris PT Pondok Tjandra Indah Jenny Sugiharto.Hilda B Alexander/Kompas.com Komisaris PT Pondok Tjandra Indah Jenny Sugiharto.
CEO Leads Property Indonesia Hendra Hartono mengatakan, hal ini karena faktor manajerial dalam pengelolaan kota yang profesional di bawah kepemimpinan Tri Rismaharini.

"Pasar Surabaya menjadi lebih menjanjikan. Kelas atasnya sudah terbentuk, kelas bawah membaik kesejahteraannya, ekonomi bertumbuh yang mendorong buying power juga meningkat," tutur Hendra menjawab Kompas.com, Jumat (16/11/2018).

Pencapaian tersebut, menurut dia, menjadikan Surabaya sebagai pasar paling potensial dan dinamis setelah kawasan Jadebotabek.

Tak mengherankan jika kota ini juga menjadi favorit untuk bisnis dan investasi yang kemudian berdampak positif terhadap perkembangan dan pertumbuhan kawasan di sekitarnya seperti Gresik, Mojokerto, Sidoarjo, dan Lamongan.

Artikel ini merupakan bagian pertama dari Liputan Khusus Pasar Properti Surabaya yang disajikan dalam tiga sektor utama, perumahan, apartemen, pergudangan, dan kawasan industri.

Perumahan 

Cluster Rubby di Perumahan Pondok Tjandra Indah, Surabaya.Dokumentasi Pondok Tjandra Indah Cluster Rubby di Perumahan Pondok Tjandra Indah, Surabaya.
Surabaya dikenal sebagai tujuan bisnis dan investasi properti bagi orang-orang yang berasal dari Kota Balikpapan, Banjarmasin, Manado, Makassar, Ambon, Palu, dan Papua.

"Bahkan, orang Jakarta, Medan, dan kawasan lain di Indonesia Barat juga banyak yang menginvestasikan uangnya di Surabaya," ujar Hendra.

Dia menilai, pasar perumahan (landed house) masih yang terkuat. Disusul kemudian oleh apartemen yang sudah banyak dibangun. Tak hanya di pusat kota, melainkan juga di kawasan pinggiran (sub urban) Surabaya.

Pencapaian penjualan yang positif sepanjang tahun ini menguatkan hal tersebut. PT Pondok Tjandra Indah, misalnya, sukses menjual 500 unit rumah hanya dalam waktu satu hari pada 19 September 2018.

Komisaris PT Pondok Tjandra Indah Jenny Sugiharto mengungkapkan, catatan penjualan tersebut berasal dari dua cluster  terbaru Perumahan Pondok Tjandra Indah yakni Opal dan Rubby seluas 10 hektar.

"Kami menawarkan harga mulai dari Rp 750 juta hingga Rp 2 miliar," kata Jenny.

Dua cluster teranyar ini diluncurkan setelah cluster Emerald dan Safir terserap habis. Sementara cluster Topaz hanya menyisakan beberapa unit.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau