Terlebih, lanjut Hendra, kemewahan masih diasosiasikan dengan brand hotel kelas dunia. Dan Jakarta masuk radar investor dunia sejak 1990-an.
60 persen
Jakarta kemudian disejajarkan dengan Singapura, Bangkok, Sydney, dan lain-lain. Ketika rantai operator internasional membuka hotel di ketiga kota tersebut, pasti akan mempertimbangkan Jakarta untuk ekspansi mereka di Asia Tenggara.
Fenomena merek-merek dunia itu kian masif sejak siklus properti bergairah kembali pada rentang 2005-2007 yang dimulai dengan JW Marriott dan Ritz Carlton di Mega Kuningan.
Baca juga: Jakarta Dikepung Sembilan Hotel Supermewah Baru
"Zaman 1990an sebelum krisis Asia, Jakarta hanya punya Grand Hyatt dan Mandarin Oriental, Shangri La, dan Dharmawangsa," kata Hendra.
Sekarang, seiring pesatnya pembangunan infrastruktur yang disertai meningkatnya populasi kelas menengah, merek hotel global bakal lebih banyak.
Apalagi tingkat hunian atau occupancy rate rata-rata hotel mewah di Jakarta berada pada angka 60 persen.
Hal ini memicu ketertarikan merek lainnya untuk ikut hadir di Jakarta.
Bahkan, Park Hyatt yang merupakan kelas termewah dari "World of Hyatt", akan meramaikan kawasan Kebon Sirih, Jakarta Pusat. Merek ini digandeng oleh MNC Group.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.