Saya menggunakan indikator jumlah kantor agen properti yang beroperasi di area tersebut sebagai ukuran kasat matanya. Area-area dengan turn over transaksi properti yang relatif tinggi mendorong harga naik karena ada aksi profit taking pada setiap transaksi.
Aksi ambil untung inilah yang juga akan mengerek harga naik.
Properti menjadi satu dari sedikit barang yang harga sekennya selalu lebih tinggi dari harga baru. Bandingkan dengan mobil, gawai, dan elektronik, yang bahkan ketika Anda baru saja membeli dan belum anda gunakan sama sekali sekalipun harganya sudah turun.
Sebaliknya, harga properti cenderung naik, bahkan Nomor Urut Pemesanan (NUP) saat proyek belum diluncurkan pun seringkali mengalami kenaikan harga sebelum dikonversi menjadi surat pemesanan unit.
Menariknya, di tengah berbagai fakta di atas masih ada saja yang menunda beli properti. Salah satu alasannya hanya karena tidak mau membeli properti di daerah yang masih sepi. Tempat jin buang anak, begitu kata mereka.
Padahal fakta di atas menjelaskan bahwa akan ada saatnya “jin tak lagi berkunjung” karena kawasan sudah ramai dan bisa menjadi sangat mahal. Justru, membeli area yang masih dalam pengembangan atau sunrise adalah kesempatan untuk bisa ambil untung.
Ironi kedua adalah banyak dari pembeli muda menunda pembelian properti dengan alasan tidak mampu. Padahal faktanya kenaikan harga properti rata-rata selalu lebih cepat dari kenaikan penghasilan kita.
Riset Rumah123.com bahkan menemukan bahwa setiap 1 tahun menunda beli properti, orang itu akan kehilangan 8 persen daya belinya.
Kalau begitu, kapan waktu yang tepat beli propertI? Berkaca dari tren yang selalu naik, maka jawaban paling tepat adalah kemarin.
Ketika harga sedang melambung tinggi, esok tidak akan pernah lebih baik dari kemarin. Jika pun terlanjur belum beli kemarin, maka jangan lagi menunda, terlebih ketika harga properti naiknya melambat sejak 2015 hingga saat ini.
Kalau sudah tahu begini, yakin masih mau nunda beli lagi? Ingat, Senin harga naik lho!
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.