Ia menilai, semua dokumen tata ruang Indonesia saat ini, lebih terasa kental sebagai pemetaan kondisi existing dan belum menyentuh visi ke depan guna perkembangan kota dalam jangka menengah dan panjang.
"Bagaimana wilayah dan kota kita akan dikembangkan pada masa depan, tidak pernah ada," cetus Andrea.
Pandangan tersebut, ungkap mantan Asisten Profesor di Fakultas Arsitektur Delft University of Technology itu, dapat diketahui dari asal muasal perencanaan wilayah itu sendiri yang merupakan produk dari sosialis ortodoks.
Produk ini merupakan produk kaum intelektual kiri yang sudah banyak tidak relevan dalam pembangunan saat ini.
"Makanya karakter instrumen perencanaan itu selalu mengatur dan membatasi. Alhasil, instrument planning tidak terlalu favorable dalam tradisi negara-negara anglo-saxon," ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.