Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banyak Riset tentang Potensi Gempa Seringkali Diabaikan

Kompas.com - 09/10/2018, 17:04 WIB
Erwin Hutapea,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Banyak akademisi dan ilmuwan yang sudah melakukan studi mikrozonasi tentang potensi bahaya gempa di suatu daerah. Studi ini dilakukan di berbagai pelosok dunia, termasuk di Indonesia.

Studi mikrozonasi merupakan penelitian untuk membuat zona berdasarkan perbedaan intensitas guncangan yang terjadi dengan menggunakan data kondisi tanah di suatu daerah.

Data itu bisa diperoleh dari beberapa cara, misalnya investigasi, catatan gempa, dan pengeboran.

Baca juga: Data OSM, Likuefaksi di Desa Jono Oge Seluas 436,87 Hektar

Pada kenyataannya, sering kali yang terjadi riset yang dihasilkan hanya sebatas untuk diketahui, tidak dilanjutkan dengan penerapan dalam kehidupan.

Susahnya mematuhi rekomendasi dari hasil penelitian itu karena menyangkut berbagai kepentingan, antara lain berhubungan dengan kehidupan masyarakat dan kebijakan pemerintah.

“Studi mikrozonasi ini ibarat pisau bermata dua. Dari segi mitigasi bisa menguntungkan kita karena jadi tahu risikonya, tapi dari segi ekonomi bisa dianggap menghambat pembangunan,” ucap Kepala Laboratorium Geoteknik Universitas Indonesia Widjojo Adi Prakoso dalam diskusi tentang bencana alam, Senin (8/10/2018) di Jakarta.

Widjojo memberi contoh pengalaman studi mikrozonasi yang dilakukannya bersama instansi pemerintah di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Saat itu mereka membuat peta tentang potensi bahaya likuefaksi di sana dan dampak terhadap kehidupan perkotaan.

Baca juga: Tiga Wilayah di Sulteng Paling Rawan Gempa dan Kekeringan

Namun, studi itu hanya berhenti sampai penemuan hasilnya dan tidak dilaksanakan lebih lanjut karena dianggap bisa mengurangi tingkat pembangunan kota.

“Mereka takut risikonya nanti orang berbondong-bondong migrasi, harga tanah turun, pendapatan daerah turun, dan sebagainya,” ujar Widjojo.

Pernah juga dia terlibat dalam studi mikrozonasi di wilayah Jakarta tahun 2014 dalam kapasitasnya sebagai anggota Tim Ahli Bangunan Gedung (TAGB).

Menurut dia, riset yang dilakukan ketika itu cukup bagus karena melibatkan pemerintah daerah, BMKG, dan akademisi lain.

Baca juga: Sosialisasi Potensi Likuefaksi Terganjal Masalah Teknis dan Sosial

Akan tetapi, mirip seperti sebelumnya, studi itu tidak dilanjutkan dengan alasan pembiayaan yang cukup besar, apalagi rencananya akan dilakukan dalam jangka panjang.

Widjojo mengharapkan hasil penelitian tentang potensi bencana alam di suatu daerah benar-benar dilaksanakan demi keamanan kehidupan masyarakat yang tinggal di daerah tersebut.

“Banyak ahli di Indonesia yang bagus dan berkaliber internasional, peraturan juga sudah baik, tapi implementasinya yang berat. Jadi masih banyak yang harus diselesaikan,” pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com