Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melihat Kembali Rumah Tradisional Ramah Alam dan Relatif Tahan Gempa

Kompas.com - 08/08/2018, 11:33 WIB
Rosiana Haryanti,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

Banyaknya rumah yang roboh saat gempa mengindikasikan kurangnya sosialisasi dan pengetahuan mengenai rumah yang aman terhadap gempa.

Selain itu ada faktor lain yang menyebabkan banyaknya bangunan runtuh, yakni perubahan material bangunan rumah tradisional.

Meski rumah penduduk dewasa ini sudah menggunakan beton, namun desain utama masih menggunakan rancangan rumah tradisional. Padahal, rumah tradisional memang dirancang untuk menahan beban yang ringan.

“Dari beberapa gempa di Yogya tahun 2006, Tasik 2007, Bengkulu 2007, dan di Padang 2009 hampir semua bentuknya malah rumah tembok. Karena bangunannya berat dan waktu membangun tidak memperhatikan detail desainnya, maka banyak yang roboh” ucap Iman.

Iman memberikan contoh kejadian saat gempa Yogyakarta pada tahun 2006. Banyak rumah warga yang masih menggunakan desain rumah tradisional, namun dinding yang seharusnya terbuat dari papan atau anyaman bambu diganti dengan material lain seperti semen atau bata.

Rumah tradisional seperti rumah Joglo itu gedeknya dicopot kemudian diganti dengan bata, banyak yang runtuh karena strukturnya tidak cocok,” ungkap Iman.

Menurut dia, konstruksi kayu pada rumah Joglo memang difungsikan untuk material ringan seperti anyaman bambu. Sehingga ketika material tersebut dicopot dan diganti dengan beton atau bata, maka kayu yang ada tidak dapat menahan guncangan ketika gempa.

“Seperti gedek digoyang sepeti apapun tidak akan runtuh, berbeda dengan bata. Kalau bata digoyang sedikit saja mudah patah,” tambah dia.

Selain kayu, ada material bambu juga bisa digunakan. Bahkan Iman mengatakan bahan bambu yang baik jika diuji tarik kekuatannya bisa mendekati kekuatan baja.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com