Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lika-liku Tinggal di Apartemen (I)

Kompas.com - 31/07/2018, 18:48 WIB
Erwin Hutapea,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

Menurut dia, hal itu terjadi karena pihak pengelola apartemen tidak membuat aturan tentang jatah parkir bagi para penghuni apartemen.

“Jadi kalau malam itu nightmare, rebutan parkir. Kadang-kadang sampai parkir paralel. Buat orang yang besok paginya mau keluar jadi agak repot,” ucap Shierine saat berbincang dengan Kompas.com di kantornya, Jumat (27/7/2018).

Dia menjelaskan, kapasitas area parkir yang terbatas itu karena fasilitas serupa  yang tersedia di dua lantai basement digunakan oleh para penghuni dari empat menara Apartemen Green Bay Pluit.

Selain kapasitas parkir terbatas, penghuni juga harus siap menanggung risiko lainnya, seperti soal kerusakan kendaraan ataupun keamanannya.

“Kalau mobil kecoret, itu juga risiko. Petugas keamanan cuma satu orang untuk satu menara,  jadi enggak bisa lihat semua,” tutur perempuan yang berasal dari Jawa Timur itu.

Masalah lain yang berhubungan dengan kendaraan yaitu transportasi. Dia mengaku agak susah untuk menggunakan transportasi umum dari kompleks apartemen yang ditinggalinya.

Salah satu kendaraan umum yang ada yaitu bus transjakarta, agak sulit dijangkau. Untuk menuju ke halte terdekat yang berada di depan Emporium Pluit Mall, Shierine harus naik mobil shuttle terlebih dahulu.

Mobil itu pun hanya tersedia pada hari Senin sampai Jumat, mulai pukul 10.00 pagi sampai 21.00 WIB. Frekuensi keberangkatannya pun cuma setiap satu jam sekali.

“Jadi untuk orang yang harus berangkat kerja pagi enggak bisa naik shuttle, harus naik kendaraan pribadi atau angkutan umum lain,” imbuhnya.

Problem lain yang kadang timbul yakni seputar kehidupan bertetangga antar-unit apartemen.

Contoh kecil, bau masakan tetangga unit di depan atau sebelahnya tercium. Itu karena si tetangga membuka pintu depannya sehingga bau makanan yang dimasaknya tersebar ke mana-mana.

Begitu juga soal sampah. Tanggung jawab untuk membuang sampah itu diserahkan kepada penghuni masing-masing unit. Mereka bisa membuangnya di area khusus yang disediakan di ujung lorong setiap lantai.

Tumpukan kantong sampah yang dipenuhi limbah domestik seperti sikat gigi, gantungan baju dan plastik keras. (Supplied: Blue Douglas) Tumpukan kantong sampah yang dipenuhi limbah domestik seperti sikat gigi, gantungan baju dan plastik keras.
Yang menjadi masalah adalah setelah seseorang membuang sampah, kemudian lupa menutup pintu di lorong itu sehingga bau sampah pun menyebar ke seluruh lantai tersebut.

“Kami tinggal bareng, ada satu tempat sampah di tiap lantai. Kalau ada yang habis buang sampah trus pintunya enggak ditutup itu, lorongnya jadi bau,” ungkap Shierine.

Masalah dengan tetangga yang tidak jarang cukup mengganggu yakni soal keributan.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau