Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rusunawa, Solusi atau Masalah Baru Bagi Jakarta?

Kompas.com - 25/07/2018, 13:13 WIB
Dani Prabowo,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

Namun di sinilah segala persoalan bermula. Sama halnya seperti sebuah apartemen, bangunan permukiman juga memerlukan pemeliharaan.

Biaya pemeliharaan ini tidak bisa diserahkan kepada penghuni yang mayoritas MBR. Sebab, untuk membayar sewa saja, biayanya sudah cukup tinggi. Akhirnya, pemerintah memberikan subsidi dalam jumlah yang cukup besar setiap tahunnya.

"Kalau biaya perawatan tidak disubsidi hancur itu rusun. Belum listriknya, kebersihannya gimana?" cetus Yu Sing.

Sebagai ilustrasi, saat Basuki Tjahja Purnama menjabat gubernur, Pemprov DKI Jakarta mengalokasikan anggaran Rp 2,1 juta untuk menyubsidi Rusunawa Tambora per unit per bulan.

Bila itu diakumulasikan dengan rata-rata usia tinggal masyarakat selama 20 tahun, maka subsidi yang perlu dikeluarkan sebesar Rp 504 juta.

Subsidi itu belum termasuk biaya pembangunan rusunawa yang bisa mencapai Rp 100 juta-200 juta untuk setiap unit ukuran 25-30 meter persegi.

"Sudah subsidi, warga rusun masih mengeluh 'ini bocor kok enggak diperbaiki? Padahal sudah berbulan-bulan' artinya perawatan gedung masih masalah. Atau sudah disubsidi, tunggakan sewa rusun Rp 35 miliar. Macam-macam alasannya, ada yang nggak mau bayar, ada yang nggak bisa bayar," papar Yu Sing.

Yu Sing berpandangan, ketimbang menambah rusunawa lebih baik Pemprov DKI Jakarta merevitalisasi kampung-kampung yang ada di tengah kota.

Penampakan rumah contoh di Kampung Tongkol, Ciliwung, Jakarta. Penampakan rumah contoh di Kampung Tongkol, Ciliwung, Jakarta.
Menata kawasan tersebut agar tidak terlihat kumuh, namun tetap dengan mempertimbangkan aspek optimalisasi lahan.

Misalnya, dengan membangun rumah mikro bertingkat dengan menggunakan anggaran pembangunan dan subsidi rusunawa.

Namun sebelumnya, pemerintah perlu memberikan pengertian kepada masyarakat agar bersedia diajak kerja sama dalam mewujudkan hal ini.

"Karena, beda dengan kampung, rusun itu tidak menyediakan hunian. Kampung itu ruang hidup. Ruang hidup itu bukan hanya tempat tinggal, tempat tidur, dia juga menjadi tempat bekerja, bersosialisai, dan sebagainya, jadi hidup lah," tutup Yu Sing.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com