JAKARTA, KOMPAS.com - Pembangunan Jalan Tol Layang Jakarta-Cikampek II (Elevated) terus dikebut. PT Jasamarga Jalanlayang Cikampek menargetkan konstruksi jalan tol tersebut dapat selesai pada akhir Maret 2019.
Direktur Utama JJC Djoko Dwijono mengatakan, paling tidak, mudik tahun depan Tol Jakarta-Cikampek bertambah kapasitasnya dengan berfungsinya tol layang ini.
Saat ini pekerjaan konstruksi tol layang sepanjang 38 kilometer tersebut sudah mencapai 40 persen.
Jalan bebas hambatan itu nantinya terbentang mulai dari Cikunir hingga Karawang.
Baca juga: Jasa Marga Akui Pekerjaan Tol Layang Jakarta-Cikampek Berat
"Dalam rencana kami, akhir Maret 2019 bisa diselesaikan. Kemudian uji laik fungsi dan laik operasi mungkin April. Paling tidak mudik itu bisa tambah kapasitas," kata Djoko dalam sebuah talkshow di Jak TV bertajuk Tol di Atas Tol (Jakarta-Cikampek), Senin (23/7/2018) malam.
Ia menegaskan, Jalan Tol Layang Jakarta-Cikampek didesain bagi pengguna jalan tol yang melakukan perjalanan jarak jauh.
Hal ini sekaligus untuk mengurangi kepadatan arus kendaraan yang melakukan perjalanan jarak dekat melalui tol ini.
Sebagai gambaran, setiap hari tak kurang dari 140.000 kendaraan yang melintasi Tol Jakarta-Cikampek, baik itu yang menuju Cikampek maupun Jakarta.
"Jadi ini bisa membantu (mengurai kemacetan)," kata dia.
Tol Layang Jakarta-Cikampek dibangun dengan menggunakan teknik sosrobahu rancangan insinyur asal Indonesia, Tjokorda Raka Sukawati.
Ada 294 pier head yang dibangun di atas konstruksi tol ini. Dari jumlah tersebut, 200 di antaranya dipasang dengan menggunakan teknik sosrobahu.
Sementara itu, Direktur Operasi II PT Waskita Karya (Persero) Tbk Bambang Rianto mengungkapkan, teknik sosrobahu dipilih untuk meminimalisasi kemacetan parah yang akan timbul selama pekerjaan konstruksi dilakukan.
Seperti diketahui, di sepanjang koridor Tol Jakarta-Cikampek, ada dua proyek strategis nasional lain yang kini tengah dibangun, yaitu Light Rail Transit (LRT) dan Kereta Cepat Jakarta-Bandung.
"Ini pembangunannya lebih cepat, dan dari sisi kontraktor lebih efisien," kata Bambang.
Ia mengaku, salah satu tantangan dalam mengerjakan proyek senilai Rp 13,5 triliun ini adalah memberikan sosialisasi serta edukasi kepada masyarakat atas imbas dari proses pembangunannya.