Pertama, Stadion Dortmund yang menjadi markas Borussia Dortmund. Memiliki kapasitas 63.000 kursi, kapasitas ini dapat bertambah hingga 20.000 kursi untuk menampung pendukung Borussia Dortmud ketika bertanding.
Adalah Sudtribune atau tribun selatan, merupakan sebuah area yang bisa digunakan penonton yang ingin menyaksikan jalannya pertandingan dengan berdiri.
Stadion ini dirancang oleh tim arsitek dari Planungsgruppe Drahtler.
Kedua, yaitu Allianz Arena yang menjadi markas bagi Bayern Munich. Memiliki kapasitas 75.000 orang, stadion ini dibuka pertama kali pada Mei 2005 dan menghabiskan dana 340 juta euro untuk menyelesaikan pembangunannya.
Arsitek yang merancang stadion ini berasal dari Swiss yaitu Herzog & de Meuron. Sang arsitek merancang tiga tema pada stadion yang mereka punggawai ini, yaitu melengkapi stadion dengan fasad yang dapat berubah warna dengan cepat.
Mereka juga menyediakan area taman yang memungkinkan pengunjung dapat memasuki area stadion dengan cepat.
Terakhir, yaitu menciptakan interior layaknya kawah dengan meningkatkan sudut kemiringan dari bawah ke atas, sehingga memungkinkan untuk melihat secara optimal sambil memberikan kesan suasana yang lebih dramatis.
3. Piala Dunia 2010: Afrika Selatan
Pertama kali Piala Dunia digelar di Benua Afrika, Afrika Selatan mendapatkan kehormatan untuk menyelenggarakanya.
Salah satu stadion yang paling ikonik pada perhelatan tersebut yaitu Stadion FNB yang terletak di selatan Johannesburg.
Memiliki kapasitas 87.436 penonton, stadion ini menjadi tuan rumah bagi pembukaan dan penutupan turnamen ini.
Sebelum dipugar untuk menghadapi Piala Dunia saat itu, stadion ini merupakan salah satu situs bersejarah di Afrika Selatan lantaran menjadi lokasi mantan Presiden Nelson Mandela berpidato pertama kali pasca dibebaskan dari penjara pada 1990 silam.
Pada perhelatan Piala Dunia, stadion ini mengalami renovasi besar-besaran oleh arsitek Boogertman + Partners, dan digambarkan sebagai sebuah Calabash atau Pot African.
4. Piala Dunia 2014: Brazil
Negara ini bertanggungjawab dalam menghasilkan sejumlah pesepakbola kelas dunia yang kemudian diboyong ke Benua Eropa untuk bermain di sana.