Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Pertimbangan Pengembang Lebih Memilih Arsitek Asing

Kompas.com - 30/06/2018, 15:27 WIB
Dani Prabowo,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kualitas arsitek lokal dalam beberapa tahun terakhir diakui jauh lebih baik. Namun begitu, masih sedikit arsitek lokal yang dilibatkan pengembang terutama pada proyek bagunan tinggi dengan tingkat kesulitan lebih kompleks.

Ada beberapa hal yang dipertimbangkan pengembang menggunakan jasa arsitek untuk merancang proyek terbaru mereka.

Pertama, jam terbang. Banyak arsitek lokal yang belum memiliki pengalaman cukup menggarap bangunan jangkung dengan tingkat kesulitan tinggi.

Baca juga: Arsitek Indonesia Belum Dihargai di Negeri Sendiri

Hal itulah yang pada akhirnya membuat pengembang menggunakan arsitek asing yang sudah lebih senior dibandingkan arsitek lokal.

"Untuk kondisi tertentu, kami perlu jam terbang arsitek untuk mengurangi risiko," kata Corporate Secretary PT Intiland Development Tbk Theresia Rustandi kepada Kompas.com, Jumat (29/6/2018).

Meski demikian, bukan berarti arsitek lokal tidak dilibatkan di dalam proyek yang dirancang arsitek asing ini. Theresia mengatakan, setiap proyek Intiland yang dirancang arsitek asing, selalu melibatkan arsitek lokal.

"Ini juga untuk memastikan transfer of knowledge dan teknologi Jadi, konsep dari asing, namun pelaksanaannya lokal," ujarnya.

Kedua, desain. Menurut Theresia, konsep desain yang ditawarkan arsitek asing lebih modern dan mengikuti perkembangan arsitektur terkini.

Hal itulah yang juga kini banyak dicari masyarakat ketika akan membeli sebuah properti.

"Kami perlu konsep-konsep yang baru sesuai perkembangan arsitektur dunia, perkembangan habit dan kebutuhan pasar," kata dia.

Ketiga, sistem kerja. Dalam merancang sebuah bangunan jangkung apalagi mixed use, tak jarang dibutuhkan ratusan desain hingga tercapai rancangan paling sempurna.

Bahkan, ketika proyek sudah mulai dieksekusi pun, developer juga kerap memberikan usulan tambahan pada bangunan yang ingin digarap.

Menurut Managing Director Ciputra Group Harun Hajadi, bila seorang arsitek tidak memiliki sistem kerja yang baik, tentu akan menyulitkan proses koordinasi.

"Karena arsitek itu bukan sekadar gambar, mesti ada sistem kerja yang betul. Ketika kita mengusulkan perubahan, perubahannya seperti apa, sistem kerjanya seperti apa," kata Harun saat dihubungi, Sabtu (30/6/2018).

"Karena kalau enggak mengikuti, apalagi kalau mixed used, ngikutinya setengah mati karena gambar beratus-ratus. Itu tidak mudah kalau tidak ada sistem kerja yang baik, pengembang bisa setengah mati ngikutinnya," imbuhnya.

Terakhir, kesesuaian ide. Harun mengatakan, tak jarang pengembang telah memiliki gagasan untuk membangun proyek multifungsi.

Pengembang akan mencari arsitek yang memiliki pengalaman merancang konsep bangunan serupa untuk diaplikasikan di lokasi yang telah ditentukan.

"Sehingga jika ada kesalahan yang mereka buat, jangan sampai digunakan lagi di sini. Kalau kita pakai yang eksposurnya sedikit kemungkinan salahnya ada," kata dia.

Ia mengaku, dari beberapa proyek gedung tinggi yang kini tengah dikembangkan Ciputra, hampir 65 persen dirancang oleh arsitek asing.

Namun, untuk proyek perumahan, ia memastikan, menggunakan 100 persen arsitek lokal.

"Tapi setelah design development, kita menggunakan arsitek lokal. Jadi menggabungkan gitu. Jadi arsitek lokalnya juga belajar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com