KOMPAS.com - Siapa bilang langgam arsitektur tradisional tak lagi menarik diimplementasikan?
Baru-baru ini, arsitek Andyrahman merancang Graha Lakon kliennya yang berprofesi sebagai aktor utama.
Dalam bahasa Jawa, lakon juga berarti aktor utama atau protagonis. Nama Graha Lakon dipilih karena proses desain dan pelaksanaan.
Baca juga : 10 Biro Arsitek Indonesia Cetak Proyek Rp 54 Triliun
Dia menjadi pusat perhatian sejak proses desain hingga eksekusi. Sejak awal, klien mengumpulkan material kayu etnik yang ia impikan untuk digunakan sebagai elemen arsitektur bangunannya.
"Oleh karena itu, kayu etnik menjadi elemen untuk satu bidang fasad bangunan," kata Andyrahman dalam keterangan tertulisnya kepada Kompas.com, Minggu (6/5/2018).
Klien juga mengatur perabotan dan elemen lain untuk kantor ini sendiri dengan arahan arsitek untuk mengeksekusi Graha Lakon (laras-kontras, lawas-kontemporer).
Menurut Andyrahman, kedua elemen tersebut tersusun rapi dan berisi panel-panel kecil, tetapi kita dapat menemukan kekuatan sebaliknya dalam pengaturan antara yang terorganisasi dan acak.
Penjajaran batu bata dan elemen kontemporer seperti beton, kaca, besi, karena lokalitas dan globalitas yang sebenarnya bertentangan, masih bisa harmonis dalam desain ini.
"Dengan demikian membuat ketegangan dan keintiman muncul di dalam desain tersebut," tuntas dia.