Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 12/05/2018, 09:55 WIB
Haris Prahara,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

Sumber USA Today

SEATTLE, KOMPAS.com - Setelah diguncang isu suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA), Starbucks mulai mengubah citra menjadi lebih inklusif.

Komitmen itu disampaikan langsung Executive Chairman Starbucks Howard Schultz, Jumat (11/5/2018).

Menurut Schultz, kasus dicokoknya dua tamu oleh kepolisian di Philadelphia memberi pelajaran atas pentingnya keberagaman.

Sedikit kilas balik, April lalu, dua orang pria berwarna kulit tertentu diciduk kepolisian Philadelphia akibat tidak membeli apapun saat berkunjung ke gerai Starbucks.

Baca juga: Selain Kanada, Kamera Perekam Juga Terpasang di Toilet Starbucks AS

Mereka hanya menumpang toilet dan kemudian duduk di meja yang ada. Karyawan gerai sontak memanggil polisi untuk menangkap dua pria itu.

Schultz mengakui, selama ini kebijakan mengenai penggunaan toilet Starbucks masih abu-abu. Antara boleh atau tidak boleh bagi masyarakat umum.

Ilustrasi toilet.Thinkstock Ilustrasi toilet.
"Sebelumnya tidak ada aturan spesifik, yang mana toilet baru bisa dipakai ketika tamu sudah berbelanja sesuatu. Kebijakan seperti itu juga bergantung pada masing-masing manajer toko," ucapnya.

Namun, kondisinya sekarang mulai diubah. "Kini, kami memberi akses toilet seluasnya bagi siapa pun," tegas Schultz, seperti dilansir USA Today.

Lebih lanjut ia mengatakan, karyawan yang terbelit kasus rasial sudah diberhentikan oleh Starbucks.

Pasca insiden itu, Starbucks memutuskan penutupan 8.000 tokonya di Amerika Serikat pada 29 Mei untuk latihan anti-diskirminasi rasial.

Latihan juga menjalar hingga ke negara lainnya. Di Kanada, Starbucks telah menjadwalkan 11 Juni sebagai hari tutup toko secara massal.

Sedikitnya 1.200 gerai Starbucks di Kanada tak akan melayani pengunjung hari itu.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Sumber USA Today
Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com