PHILADELPHIA, KOMPAS.com - Peritel minuman internasional Starbucks tengah diguncang isu diskriminasi rasial. Terkait hal itu, orang nomor satu di perusahaan ini angkat bicara.
Sekadar informasi, pada Kamis (12/4/2018), dua pria masuk ke gerai Starbucks di Philadelphia, Amerika Serikat, dan meminta izin untuk menggunakan kamar kecil.
Baca juga : Starbucks Terapkan Gelas Berbayar, Begini Reaksi Publik
Seorang karyawan memberi tahu mereka bahwa fasilitas itu hanyalah untuk konsumen yang membayar.
Dua pria itu akhirnya duduk di dalam kedai tanpa memesan apa pun. Tak lama kemudian, manajer toko menghubungi polisi dan menahan keduanya karena telah masuk tanpa izin.
Menanggapi hal tersebut, Chief Executive Starbucks Kevin Johnson mengeluarkan pendapatnya.
"Semua perusahaan pasti melakukan kesalahan," kilah Kevin, seperti dilansir USA Today, Sabtu (28/4/2018).
Menurut Kevin, perusahaan yang baik selayaknya belajar dari kesalahan dan mau memperbaikinya. "Itulah yang sedang kami lakukan," sambung dia.
Lebih lanjut Kevin mengatakan, tak ada pengaruh signifikan antara insiden rasial dengan penjualan produk Starbucks.
Sebelumnya, pihak Starbucks telah meminta maaf dalam situs resminya atas kasus diskriminasi yang dilakukan awak tokonya.
Kevin pun telah menemui dua korban penangkapan pada lima hari setelah kejadian.
Efek dari kasus tersebut adalah Starbucks bakal menutup massal 8.000 tokonya di Amerika Serikat pada 29 Mei untuk pelatihan anti diskriminasi rasial.
Penutupan massal tersebut diperkirakan menggerus potensi pendapatan senilai 20 juta dollar AS atau Rp 275,3 miliar.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.