SEATTLE, KOMPAS.com - Setelah diguncang isu suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA), Starbucks mulai mengubah citra menjadi lebih inklusif.
Komitmen itu disampaikan langsung Executive Chairman Starbucks Howard Schultz, Jumat (11/5/2018).
Menurut Schultz, kasus dicokoknya dua tamu oleh kepolisian di Philadelphia memberi pelajaran atas pentingnya keberagaman.
Sedikit kilas balik, April lalu, dua orang pria berwarna kulit tertentu diciduk kepolisian Philadelphia akibat tidak membeli apapun saat berkunjung ke gerai Starbucks.
Mereka hanya menumpang toilet dan kemudian duduk di meja yang ada. Karyawan gerai sontak memanggil polisi untuk menangkap dua pria itu.
Schultz mengakui, selama ini kebijakan mengenai penggunaan toilet Starbucks masih abu-abu. Antara boleh atau tidak boleh bagi masyarakat umum.
Namun, kondisinya sekarang mulai diubah. "Kini, kami memberi akses toilet seluasnya bagi siapa pun," tegas Schultz, seperti dilansir USA Today.
Lebih lanjut ia mengatakan, karyawan yang terbelit kasus rasial sudah diberhentikan oleh Starbucks.
Pasca insiden itu, Starbucks memutuskan penutupan 8.000 tokonya di Amerika Serikat pada 29 Mei untuk latihan anti-diskirminasi rasial.
Latihan juga menjalar hingga ke negara lainnya. Di Kanada, Starbucks telah menjadwalkan 11 Juni sebagai hari tutup toko secara massal.
Sedikitnya 1.200 gerai Starbucks di Kanada tak akan melayani pengunjung hari itu.
https://properti.kompas.com/read/2018/05/12/095527121/kebijakan-baru-toilet-starbucks-bebas-dipakai-meski-tak-beli-apa-apa