Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bernardus Djonoputro
Ketua Majelis Kode Etik, Ikatan Ahli Perencanaan Indonesia (IAP)

Bernardus adalah praktisi pembiayaan infrastruktur dan perencanaan kota. Lulusan ITB jurusan Perencanaan Kota dan Wilayah, dan saat ini menjabat Advisor Senior disalah satu firma konsultan terbesar di dunia. Juga duduk sebagai anggota Advisory Board di Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan, Institut Teknologi Bandung ( SAPPK ITB).

Selain itu juga aktif sebagai Vice President EAROPH (Eastern Region Organization for Planning and Human Settlement) lembaga afiliasi PBB bidang perencanaan dan pemukiman, dan Fellow di Salzburg Global, lembaga think-tank globalisasi berbasis di Salzburg Austria. Bernardus adalah Penasehat Bidang Perdagangan di Kedubes New Zealand Trade & Enterprise.

Kota, Warga, dan Perangai Urban

Kompas.com - 04/05/2018, 10:04 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Lain di kota-kota dimana sistem grid hampir tidak dikenal, seperti Jakarta. Kecuali sebagian kawasan kota tua,  Menteng dan Kebayoran Baru, jalan-jalan kita berkelok-kelok mengikuti kontur dan obstacle.

Akibatnya, warga terbiasa menghafal jalanan yang kompleks, tanpa ada sitematisasi grid. Apalagi, hampir tidak ada peremajaan kota yang signifikan, karena memang rencana tata ruang kota yang tidak mengemas itu.

Yang menarik, masyarakat yang terbiasa dengan menghafal jalan-jalan yang berkelok dan rumit, malah cenderung bingung ketika harua melewati kawasan grid.

Coba anda naik taksi dan melewati Kebayoran Baru dari sekitar jalan seperti Darmawangsa, kearah  Gunawarman, Daksa, Sriwijaya menuju Sudirman. Perhatikan pak supir taksi, tergagap-gagap belok kiri kanan mencari patokan. 

Warga pun tersesat, dalam kesederhanaan desain.

Kota yang compang camping

Fenomana lain kota kita adalah polusi visual. Kebanyakan kota-kota Indonesia sangat riuh rendah dan kacau balau akibat polusi visual karena billboard luar ruang dan papan-papan iklan. Hampir tidak ada satupun kota kita yang mampu mengatur ini. 

Boca Raton, Florida. Kota kecil seperti kecamatan ini bersebelahan dengan West Palm Beach dan Fort Lauderdale.

Boca Raton salah satu tempat terkaya di AS, dan 3 dari 10 real estate termahal di AS berlokasi disini. Kota ini bagian dari Metro Miami yang hampir 6 juta orang.

Sambil jogging berkeliling melalui resort dan perumahan warga, melayang-layang pikiran ini, membandingkan dengan kota yang saya tahu.

Miami Night Markets Miami Night Markets
Kota kecil ini seperti taman apik dan rapi. Bukan karena walikotanya bangun-bangun taman supaya kelihatan bekerja, tapi memang bentuk kota nya didisain seperti taman. Gaya arsitektur seluruh kota bergaya Spanyol dan Mediterania.

Boca Raton dirancang oleh  arsitek Adisson Mizner tahun 1924. Dia kemudian menjadi Kepala Dinas Tata kotanya, seperti Burden di masa kini. Kota ini menjadi pusat IBM pada dekade 1970-an, dan ditempat ini ditemukan PC IBM.

Sampai sekarang, kota ini mempunyai kode dan aturan yang sangat ketat tentang billboard atau papan reklame. Di kota ini dilarang ada billboard, tidak satupun. Satu-satunya, hanya peninggalan jaman perang saudara, cuma satu.

Perusahaan dan pebisnis banyak yg mencoba mengubah aturan tersebut, tapi rakyat dan DPRD-nya sampai sekarang tidak memberi izin. 

Hasilnya, kota kecil yang cantik, dan nyaman. Kita seperti berjalan di taman, menuju ke laut, dengan pemandangan terbuka dan tanpa sakit mata oleh sampah visual dari billboard. Segar. Sehat rasa nya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com