MAKASSAR, KOMPAS.com - Bersasak tinggi, bergincu tebal, dan aroma parfum yang pekat, menyeruak di antara kerumunan undangan yang hadir pada peluncuran CitraLand City Losari, Makassar, Sulawesi Selatan, Jumat (16/3/2018).
Perempuan paruh baya dengan identitas demikian kuat itu menunjuk deretan kotak kaca yang terdapat pada maket rancangan induk (master plan) proyek reklamasi hasil kolaborasi Ciputra Group PT Yasmin Bumi Asri (Ciputra-Yasmin).
Seraya berbisik pada lelaki bertuksedo hitam dan pantalon kotak-kotak putih, perempuan berkulit terang itu mengangguk-anggukkan kepalanya.
Baca juga : Garuda Raksasa di Kawasan Timur Indonesia
Kompas.com hanya mendengar ujung percakapan pasangan ini, "Ya kavling paling ujung, hoek," kata sang lelaki matang dengan tampilan visual parlente itu.
Inilah sekilas gambaran peluncuran proyek mega Rp 30 triliun di Makassar, kota berjuluk "Anging Mamiri".
Orang Makassar, digambarkan Managing Director Ciputra Group Harun Hajadi, serupa dengan orang Surabaya, begitu setia dengan kotanya. Kesetiaan itu diwujudkan dalam bentuk kesediaan untuk menginvestasikan uangnya di kota Makassar.
Tak heran bila hanya dalam waktu tiga jam, produk-produk CitraLand City Losari terserap 45 unit dengan nilai total penjualan Rp 148,5 miliar.
Baca juga : Dari Proyek Reklamasi Garuda Raksasa, Ciputra Raup Rp 148,5 Miliar
"Ini melebihi target kami, sih," kata Harun kepada Kompas.com, Sabtu (17/3/2018).
CitraLand City Losari merupakan salah satu dari sekian flagship project raksasa properti yang kini dinahkodai Candra Ciputra itu.
Mafhum bila dalam mengerjakan proyek dengan tingkat kompleksitas tinggi ini, mereka mempertaruhkan segala sumber dayanya; dana, reputasi, kemampuan, kerja keras, etos, dan juga teknologi modern.
"Makassar punya potensi luar biasa besar. Proyek sejenis belum pernah ada sebelumnya," imbuh Harun.
Baca juga : Rp 30 Triliun Bakal Mengucur di Losari
Dengan pertumbuhan ekonomi 2017 mencapai 7,9 persen atau di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi Nasional, kota yang menjadi hub Kawasan Timur Indonesia (KTI) ini terlalu seksi untuk dilewatkan begitu saja.
Resistensi
Senior Director Ciputra Group Nanik J Santoso menuturkan, CitraLand City Losari merupakan bagian dari Kawasan Pengembangan Strategis Center Point of Indonesia (CPI) dengan dimensi total 157,23 hektar.
"Ini proyek dengan risiko tinggi. Kami tidak mau main-main. Kami pilih kontraktor, dan konsultan kaliber internasional," ungkap Nanik.
Baca juga : Ada Belanda di Balik Proyek Reklamasi Pluit City dan CPI
Dia berkisah, selain memilih kontraktor dan konsultan internasional, PT Boskalis International Indonesia, pihaknya juga sangat terperinci memperhatikan segala perizinan reklamasi, termasuk perkara analisis mengenai dampak lingkungan (Amdal).
"Kami tidak akan membangun bila seluruh perizinan belum terpenuhi," sebut dia.
Nanik mengakui, pembangunan reklamasi merupakan "isu" yang sangat seksi dan masih mengundang kontroversi karena dianggap bakal menimbulkan kerusakan lingkungan. Terutama jika mengacu pada proyek serupa di Jakarta.
CPI pun tak luput dari perhatian para pecinta dan pegiat pelestarian lingkungan. Di antaranya Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Sulawesi Selatan.
Direktur Eksekutif Walhi Sulawesi Selatan Asmar Exwar mengungkapkan resistensi dari masyarakat pesisir dan warga kota Makassar.
"Karena reklamasi tidak memberikan dampak positif dan bermanfaat bagi masyarakat. Reklamasi hanya akan menghilangkan habitat alami pesisir seperti mangrove, lamun, dan terumbu karang serta menghilangkan mata pencarian," tutur Asmar.
Dia menambahkan, sebelum pekerjaan reklamasi di bagian laut dilakukan, sudah menggusur sebanyak 45 kepala keluarga (KK) pencari kerang Mariso.
Karena itulah, menurut Asmar, pegiat lingkungan seperti dirinya, Walhi, dan masyarakat pesisir menentang pembangunan reklamasi CPI.
Namun menurut Nanik, klaim Asmar tidak berdasar. Para nelayan kini dapat melakukan aktivitasnya dengan normal.
Bila sebelumnya kondisi pesisir pantai demikian dangkal dan tidak bisa dimanfaatkan untuk mencari ikan dan kerang, kini setelah dilakukan pendalaman sekitar 2 hingga 3 meter, mereka bisa meraup hasil pencarian ikan sebagaimana yang diharapkan.
"Ciputra-Yasmin mengikuti prosedur dan taat regulasi dengan mengantongi seluruh perizinan. Pembangunan reklamasi itu ada dasarnya, Peraturan Presiden (Perpres) No 122 Tahun 2012 tentang Reklamasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil," beber Nanik.
Teknologi modern
Nanik meyakini, pembangunan reklamasi CPI yang dilaksanakan PT Boskalis International Indonesia tidak akan berdampak buruk terhadap lingkungan.
Untuk menghasilkan kualitas pembangunan reklamasi serupa, teknologi yang sama diadopsi pada proyek CPI ini. Serangkaian teknologi konsolidasi dan pemadatan tanah pun dilakukan.
Di antaranya, mencakup pemasangan vertical drain atau prefabricated vertical drain (PVD), vibro floatation, dynamic compaction, dan high impact compaction (HEIC) yang dilakukan secara paralel selama 24 jam dan 7 hari dalam seminggu.
Selain pemadatan, pekerjaan lain yang sudah dimulai adalah tanggul penahan ombak yang berbatasan dengan laut serta pembentukan kanal-kanal pada klaster-klaster hunian.
"Pekerjaan tanggul ini memasuki tahap finishing slope dan supply batu dalam berbagai ukuran. Sedangkan pembangunan kanal sudha dimulai melalui pengerukan dan pembentukan alur kanal," jelas Nanik.
Seluas 50 hektar dari kawasan reklamasi CPI ini akan diserahkan kepada Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulawesi Selatan, sedangkan sisanya masuk dalam kawasan pengembangan CitraLand City Losari.
"Khusus kawasan CitraLand City Losari pengembangan fasilitas dan properti di atasnya akan dimulai pada 2019," kata Nanik.
Pusat bisnis dan keuangan
Proyek ini digadang-gadang sebagai kawasan pertumbuhan baru untuk menstimulasi, dan mempercepat peningkatan perekonomian, pembangunan kawasan, dan juga mendekonsentrasi pusat bisnis dan keuangan ke Kawasan Timur Indonesia.
Baca juga : Dalam 2 Tahun, Harga Kavling Reklamasi CitraLand Losari Naik Tajam
Simbol burung Garuda raksasa dalam rancangan induk (master plan) diadopsi sebagai representasi kesiapan Makassar untuk tinggal landas sebagai hub bisnis, industri, dan jasa dengan segala potensi yang dimilikinya, sehingga menjadi kekuatan kedua setelah ibu kota, Jakarta di barat Indonesia.
Menurut Harun, simbol burung Garuda merupakan ide kreatif Danny Pomanto selama masih menjalani profesi sebagai arsitek, dan sebelum menjadi Wali Kota Makassar.
Rancangan induk tersebut kemudian direvisi, serta disesuaikan dengan batasan teknis, dan dinamika pasar.
Setelah mengalami penyesuaian dan penyempurnaan yang memakan waktu panjang, kata Harun, didapatlah rancangan induk seperti burung Garuda tersebut.
Harun menambahkan, penyempurnaan rancangan induk dilakukan oleh arsitek dan perancang profesional asal Singapura.
Dalam hal ini, Ciputra-Yasmin menunjuk DP Architects sebagai arsitek sekaligus pembuat rancangan induk CitraLand City Losari.
Untuk tahap perdana, CitraLand City Losari mencakup tiga klaster dengan total 44 unit, business park 206 unit, ruko 26 unit, dan kawasan komersial 70 unit.
Selain itu, akan dibangun pula kawasan baru central business district (CBD) Ciputra World Makassar (CWM) seluas 4,3 hektar yang terdiri dari pusat belanja, apartemen, hotel, dan small office home office (SOHO).
"Kami juga membangun Universitas Ciputra. Total pengembangan membutuhkan waktu sekitar 10 sampai 15 tahun," tuntas Harun.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.