SINGAPURA, KOMPAS.com – Peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) tengah dilakukan manajemen SMRT selaku operator mass rapid transit (MRT) Singapura. Tujuan utamanya tak lain agar kualitas layanan tetap terjaga prima.
Operator transportasi massal berbasis rel itu kini mulai memperkenalkan konsep Kaizen yang terkenal di Jepang.
Kaizen adalah konsep perbaikan secara terus-menerus untuk mencapai produktivitas maksimal. Prinsip ini telah dipraktikkan sejumlah perusahaan besar dunia, misalnya Toyota.
Nah, melalui Kaizen ini, karyawan MRT Singapura didorong untuk terus melakukan pembenahan kecil maupun besar di wilayah kerja mereka.
Karyawan pun diperbolehkan untuk menyampaikan aspirasi perbaikan lingkungan kerja mereka kepada manajemen.
Baca juga: 8 Karyawan MRT Singapura Kena PHK, Kok Bisa?
Adapun implementasi Kaizen telah dilangsungkan di depo Tuas dan stasiun MRT City Hall.
Di depo Tuas, contohnya, mesin pencuci untuk membersihkan komponen roda kereta telah direlokasi. Tujuannya untuk meminimalisasi pergerakan karyawan sehingga aktivitas kerja menjadi efisien.
Aqeel Kaskhy selaku pemimpin tim Rolling Stock Workshop mengatakan, melalui perubahan itu, sebanyak 13 pekerja unit mampu menghemat sedikitnya 20 menit setiap harinya untuk mengangkut komponen roda dari dan menuju mesin cuci.
Jumlah efisiensi waktu tim mencapai 260 menit per harinya atau lebih dari empat jam!
Selain itu, penyusunan alat perkakas juga dibuat lebih rapi sehingga memudahkan pekerja untuk menggunakannya.
Lebih lanjut, berdasarkan masukan para karyawan, SMRT berniat memindahkan jalur antrean untuk pusat layanan penumpang di stasiun City Hall.
Dengan begitu, diharapkan antrean tak lagi menganggu arus penumpang yang berjalan menuju gerbang masuk.
Penambahan layar monitor informasi juga dilakukan untuk memudahkan penumpang dalam mengetahui situasi terkini layanan MRT Singapura.
Budaya partisipatif
Chief Corporate Officer SMRT Gerard Koh mengatakan, penerapan Kaizen itu bakal memperbaiki kualitas kerja dan secara langsung memengaruhi keandalan MRT Singapura.
“Penerapan konsep ini membuat karyawan merasa bertanggungjawab dan merasa pekerjaan itu adalah milik mereka,” ungkap Gerard seperti dilansir Straits Times, Selasa (27/2/2018).
Ketika ditanya pewarta apakah pengenalan Kaizen itu bertujuan mengatasi “masalah budaya yang mendalam” sebagaimana dikatakan Chief Executive SMRT Desmond Kuek setahun silam, Gerard membantahnya.
Untuk diketahui, setahun silam, MRT Singapura diterjang sejumlah permasalahan. Pada Oktober lalu, terowongan MRT antara stasiun Bishan dan Braddell kebanjiran sehingga layanan lumpuh hampir 20 jam.
Baca juga: Banjir Hingga Tabrakan, Ini Catatan Kasus MRT Singapura Tahun 2017
Investigasi kemudian berhasil menemukan penyimpangan dalam pemeliharaan sistem pencegahan banjir, dengan catatan kerja yang dipalsukan oleh staf.
Tak berhenti di sana, MRT Singapura juga mengalami tabrakan sesama kereta pada November 2017.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.