Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banjir Masih Ancam Jakarta, Ini Antisipasi Pemerintah

Kompas.com - 07/02/2018, 07:00 WIB
Dani Prabowo,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Hujan deras di kawasan hulu Sungai Ciliwung yang terjadi Senin (5/2/2018) kemarin, telah membuat debit air meningkat. Akibatnya, sejumlah titik di wilayah DKI Jakarta pun terkena imbas luapan sungai.

Di beberapa titik seperti di Kelurahan Cawang, ketinggian air rata-rata berkisar antara 30 hingga 130 sentimeter. Sementara di Kampung Melayu, ketinggian air mencapai 50 sentimeter.

Banjir juga terlihat di Kelurahan Pejaten Timur. Sejumlah warga terpantau mengungsi ke rumah saudara atau tempat yang lebih tinggi lantaran rumah mereka terendam.

Dalam mengatasi banjir, sejak 2013 lalu Pemprov DKI Jakarta dan Kementerian Pekerjaan Umum (PUPR) telah melakukan sejumlah langkah antisipasi. Apa saja langkah tersebut?

Petugas Pintu Air Manggarai mulai bersiaga menunggu banjir kiriman dari Bendung Katulampa Bogor.  Status Bendung Katulamp naik menjadi siaga 1 akibat hujan yang terus mengguyur kawasan Bogor. Alat berat disiagakan untuk mengangkut  sampah kiriman yang menumpuk di Pintu Air Manggarai, Senin (5/2/2018).Kompas.com/David Oliver Purba Petugas Pintu Air Manggarai mulai bersiaga menunggu banjir kiriman dari Bendung Katulampa Bogor. Status Bendung Katulamp naik menjadi siaga 1 akibat hujan yang terus mengguyur kawasan Bogor. Alat berat disiagakan untuk mengangkut sampah kiriman yang menumpuk di Pintu Air Manggarai, Senin (5/2/2018).

1. Penambahan jumlah Pintu Air Manggarai

Debit air yang tinggi diiringi sampah dengan volume besar, membuat sejumlah saluran air tersendat.

Untuk mengurangi sumbatan yang ada, pemerintah melakukan sejumlah langkah. Salah satunya meningkatkan kapasitas Pintu Air Manggarai.

Sebelum kapasitasnya ditingkatkan, debit air yang melewati pintu tersebut hanya 340 meter kubik per detik. Namun saat ini sudah mencapai 500 meter kubik per detik.

"Apabila sampah menumpuk dapat mengakibatkan backwater sehingga dapat mengakibatkan limpas dan menggenangi daerah di bantaran sungai," kata Direktur Jenderal Sumber Daya Air Kementerian PUPR Imam Santoso dalam keterangan tertulis.

Warga beraktifitas saat banjir di Kampung Pulo, Jatinegara, Jakarta Timur, Selasa (6/2/2018). Banjir merendam ratusan rumah warga akibat luapan air dari Sungai Ciliwung.KOMPAS.com/GARRY ANDREW LOTULUNG Warga beraktifitas saat banjir di Kampung Pulo, Jatinegara, Jakarta Timur, Selasa (6/2/2018). Banjir merendam ratusan rumah warga akibat luapan air dari Sungai Ciliwung.

2. Normalisasi Sungai Ciliwung

Upaya normalisasi Sungai Ciliwung kini tengah dilakukan untuk mengembalikan lebar sungai tersebut secara normal, yaitu 35-50 meter.

Sejauh ini, dari panjang 19,5 kilometer yang digarap antara Pintu Air Manggarai hingga Jalan TB Simatupan, sudah 60 persen yang rampung.

"Sementara 40 persen lagi apabila tanahnya sudah dibebaskan oleh Pemerintah DKI Jakarta, akan kami selesaikan," kata Imam.

Pembebasan lahan juga masih menjadi kendala Pemerintah dalam penyelesaian pembangunan Sudetan Ciliwung yang akan mengalirkan debit banjir Sungai Ciliwung sebesar 60 meter kubik per detik ke Kanal Banjir Timur (KBT).

Selain normalisasi, Imam menambahkan, dinding sungai juga akan diperkuat. Selain itu juga akan dibangun tanggul yang dilengkapi dengan jalan inspeksi di sepanjang sisi sungai sekaligus menjadi sempadan sungai dengan lebar 6-8 meter.

Halaman:
Baca tentang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau