JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Indonesia telah menetapkan besaran uang muka atau down payment (DP) minimal yang harus disetorkan masyarakat saat hendak membeli sebuah rumah.
Besaran DP tersebut kerap kali disangkutpautkan dengan kemampuan para generasi milenial atau anak zaman sekarang saat mereka mau membeli rumah.
Dalam sejumlah riset, generasi milenial diprediksi akan semakin sulit untuk memiliki rumah.
Baca juga : Lima Tahun Lagi, Generasi Milenial Terancam Tidak Bisa Membeli Rumah
Ini sebagai akibat dari ketersediaan lahan yang semakin terbatas, sehingga harga melambung tinggi. Imbasnya, uang muka yang harus disetorkan pun lebih tinggi.
Namun, menurut Country Manager Rumah 123 Ignatius Untung, sebenarnya DP bukanlah persoalan utama bagi generasi milenial dalam membeli rumah.
"DP itu sebenarnya masih mudah terselesaikan. Bahwa anak zaman sekarang, orang tua masih mampu kok. Orang tua juga masih bisa support (bantu memberikan DP)," kata Untung di Jakarta, Rabu (17/1/2018).
Cara lain, kata dia, yaitu dengan menjual barang berharga yang dimiliki, seperti mobil atau motor. Uang hasil penjualan dapat digunakan untuk menambah DP.
Ia menambahkan, selama ini pengembang juga gencar menyasar para generasi milenial ini sebagai potensial buyer mereka.
Pasalnya, populasi generasi ini saat ini telah mencapai 30 persen, dan diprediksi terus tumbuh hingga 70 persen pada 2030.
"Pengembang justru paling aktif mencari solusi. Nah, saya melihatnya cash bertahap. Kalau pun nggak tunai bertahap tapi DP nya bisa dicicil dua tahun. Karena kalau bank-bank tagret tahun ini," tutur Untung.
Lantas, apa yang jadi masalah utama bagi para milenial ini?
"Akhirnya kita bisa dengan jual sesuatu pasti jadi DP. Tapi kalau cicilan itu nggak bisa," kata dia.
Cicilan rumah, menurut Untung, berkorelasi dengan penghasilan yang dimiliki oleh para generasi milenial.
Bila mereka memiliki pendapatan yang cukup tinggi, tentu tidak menjadi soal harus membayar antara 30 hingga 40 persen dari gaji.
"Kalau yang ke bawah deket-deket UMR mungkin nggak bisa, tapi makin lama makin bisa pasti," cetus Untung.
Meski demikian, ia menyarankan, agar para generasi milenial ini tidak patah semangat dalam membeli rumah.
Semakin lama mereka menunda, maka akan semakin mahal harga rumah yang diidam-idamkan.
Selain itu, anggapan terkait adanya perubahan pola pikir generasi milenial yang cenderung mementingkan leisure, menurut Untung, juga kurang tepat.
"Kalau ada yang ngomong shifting pola pikir itu karena (mereka) kekurangan edukasi saja," tutup dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.