TIANJIN, KompasProperti - Bagi masyarakat China, peralihan pembelian produk dari tunai menjadi kredit membutuhkan waktu.
Saat pertama kali ekspansi di Negeri Tirai Bambu tersebut pada 2007, tidak banyak kucuran kredit yang dikeluarkan oleh Home Credit.
Masyarakat China mulai terlihat banyak meminjam uang untuk membeli peralatan elektronik pada 2010.
"Setelah 9 tahun atau pada 2016 kami baru bisa mencetak angka satu miliar yuan," ujar Head of Sales Network Home Credit China Andrea Chuda kepada KompasProperti, di kantor Home Credit Tianjin, China, Selasa (7/11/2017).
Jika dikonversikan ke dalam mata uang Rupiah, nilai 1 miliar Yuan menjadi Rp 2,093 triliun.
Pencapaian tersebut, kata Chuda, telah melalui berbagai dinamika. Terutama, saat kompetitor Home Credit muncul pada 2014 yang menyebabkan pasar mengalami pergeseran.
Tahun ini, kata Chuda, peningkatan volume kredit yang dikucurkan terus berlanjut. Pada April lalu, Home Credit berhasil mengucurkan 6 miliar yuan.
"Kami tidak fokus pada peningkatan, tapi juga menjaga kestabilan. Caranya dengan menjaga relasi dengan toko-toko kecil dan besar," jelas Chuda.
Kredit gawai
Barang-barang yang bisa dibeli secara kredit melalui Home Credit, yaitu gawai, sepeda motor, komputer atau laptop, fashion dan perabot rumah tangga.
"90 persen peminjam dana kita menggunakannya untuk membeli gawai. Kalau sepeda motor kecil hanya 6 persen," sebut Chuda.
Gawai merek Oppo, imbuh dia, memiliki persentase terbesar yakni mencapai 32 persen. Setelah Oppo, gawai yang paling banyak dibeli secara kredit melalui Home Credit adalah Vivo sebesar 25 persen, iPhone 19 persen, dan Huawei 10 persen.
Sedangkan presentase Samsung dan Gionee sama-sama 3 persen.