JAKARTA, KompasProperti - "Bahaya, jika generasi milenial tak punya keinginan beli rumah".
Country Manager Rumah123 Ignatius Untung mengatakan hal itu kepada KompasProperti, pekan lalu.
Kata "bahaya" mendapat tekanan serius dari Untung karena dalam waktu beberapa tahun ke depan, atau lima tahun lagi, generasi baby boomers yang notabene merupakan penghasil generasi milenial, sudah tidak bisa membeli rumah.
Baca juga : Lima Tahun Lagi, Generasi Milenial Terancam Tidak Bisa Membeli Rumah
Generasi X, dan setelahnya, termasuk generasi milenial, seharusnya menggantikan ibu-bapaknya dalam pembelian rumah, baik tapak maupun apartemen yang tersedia di pasar.
"Jika mereka cuek, pasar properti akan kelebihan pasokan. Namun, di sisi lain, permintaan justru mengalami penurunan. Ini situasi yang membahayakan jika supply melebihi demand," tutur Untung.
Padahal, jumlah pasokan ini jauh lebih rendah ketimbang proyeksi Colliers pada awal tahun sekitar 21.167 unit.
Sementara untuk rumah tapak, BI melaporkan hingga kuartal II-2017, penjualannya tumbuh melambat dibanding triwulan sebelumnya dari 4,16 persen menjadi 3,16 persen.
Perlambatan penjualan residensial, alasan BI, sejalan dengan terbatasnya permintaan akan rumah hunian.
"Mereka ini adalah pembeli end user. Mereka kesulitan untuk membeli karena terbentur tingginya uang muka atau down payment (DP) dan cicilan per bulan," kata dia.
Kedua adalah kelas menengah atas yang merupakan investor. Mereka akan berpikir ulang untuk membeli apartemen baru terlebih bila pasar sewa belum pulih seperti saat ini.
Belanja leisure
Kecenderungan perubahan gaya hidup, diakui Untung, sedang melanda generasi milenial Indonesia usia 25-35 saat ini. Mereka lebih mementingkan kegiatan leisure dan traveling ketimbang membeli rumah.