Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sekolah Ini Dibangun dari Bambu dan Tali

Kompas.com - 27/08/2017, 22:14 WIB
Arimbi Ramadhiani

Penulis

Sumber Dezeen

CHIANG MAI, KompasProperti - Kekuatan, fleksibilitas dan jejak karbon rendah pada bambu telah menjadikannya bahan bangunan yang populer di Asia Tenggara dan sekitarnya.

Arsitek dan kontraktor Chiangmai Life merancang model atap balai bambu yang tersegmentasi dan bergelombang membentuk kelopak bunga teratai di sebuah sekolah di Chiang Mai, Thailand.

Balai Latihan Bambu untuk Sekolah Internasional Panyaden mendidik anak usia sekolah dasar dengan menggunakan prinsip Buddha.

Terletak di antara sawah, 15 menit berkendara dari pusat kota utara Thailand, bangunan sekolah sebagian besar dibangun dari bumi dan bambu.

Sesuai dengan etos "hijau" sekolah, Chiangmai Life merancang balai olahraga tanpa karbon dan hanya menggunakan bambu.

Gulungan bambu setinggi 17 meter mengelilingi aula seluas 782 meter persegi, mencakup lapangan basket, bola voli, bulutangkis dan futsal.

Struktur bambu yang rumit dibiarkan terbuka di seluruh bagian dalam dan digunakan untuk membuat bukaan melengkung di sekitar tepi lorong. Meski demikian, atap yang dibuat tiga lapis ditutupi secara eksternal dengan sirap.

Balai Latihan Bambu untuk Sekolah Internasional Panyaden di Thailand.dezeen Balai Latihan Bambu untuk Sekolah Internasional Panyaden di Thailand.

Garis atap yang menyapu dimaksudkan untuk mengingatkan pada kuncup bunga teratai, simbol kemurnian dalam buddhisme.

"Desainnya didasarkan pada bunga teratai yang menggambarkan Panyaden International School berada di Thailand," kata studio tersebut.

Chiangmai Life ini membangun sebuah aula yang seharusnya cukup besar untuk menampung kapasitas yang diproyeksikan 300 siswa.

Kerajinan tangan

Meski demikian, aula ini dibuat tetap terhubung dengan bangunan tanah dan bambu di sekolah tersebut serta menawarkan pemandangan berbukit alami.

"Desain dan materialnya memungkinkan iklim yang sejuk dan menyenangkan sepanjang tahun melalui ventilasi dan insulasi alami," kata studio tersebut.

Pada saat yang sama, struktur bambu yang terbuka memanjakan mata sekaligus memamerkan hasil karya kerajinan tangan.

Aula ini juga mencakup panggung untuk produksi drama dan ruang penyimpanan untuk perlengkapan olahraga.

Balkon di sepanjang dua sisi panjang bangunan memberikan sudut pandang optimal untuk orang tua dan pengunjung yang menonton pertandingan atau pertunjukan.

Balai Latihan Bambu untuk Sekolah Internasional Panyaden di Thailand.dezeen Balai Latihan Bambu untuk Sekolah Internasional Panyaden di Thailand.

Tahan angin dan gempa

Arsitek Mark Roselieb dan Tosapon Sittiwong bekerja dengan para insinyur Phuong Nguyen dan Esteban Morales Montoya dalam desain struktur prefabrikasi, yang seluruhnya terbuat dari bambu.

Pekerjaan mereka adalah untuk memastikan struktur mampu menahan angin dan gempa berkecepatan tinggi di kawasan ini.

Gulungan-gulungan itu dibangun di tempat dan diangkat ke posisi yang tepat dengan menggunakan derek.

Studio tersebut menghindari perawatan kimia untuk bambu seperti pengawet garam boraks, yang dapat memastikan strukturnya bertahan selama 50 tahun.

Penggunaan bahan pengawet alami, pengerjaan kontruksi di tempat dan pemilihan tali daripada baja membuat bangunan bambu menyerap lebih banyak karbon daripada yang dipancarkan saat pembangunan.

Kesenjangan dalam struktur atap dan dinding terbuka juga secara alami menggerakkan lorong sepanjang tahun, memastikan temperatur stabil tanpa perlu pengkondisian udara buatan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com