Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bernardus Djonoputro
Ketua Majelis Kode Etik, Ikatan Ahli Perencanaan Indonesia (IAP)

Bernardus adalah praktisi pembiayaan infrastruktur dan perencanaan kota. Lulusan ITB jurusan Perencanaan Kota dan Wilayah, dan saat ini menjabat Advisor Senior disalah satu firma konsultan terbesar di dunia. Juga duduk sebagai anggota Advisory Board di Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan, Institut Teknologi Bandung ( SAPPK ITB).

Selain itu juga aktif sebagai Vice President EAROPH (Eastern Region Organization for Planning and Human Settlement) lembaga afiliasi PBB bidang perencanaan dan pemukiman, dan Fellow di Salzburg Global, lembaga think-tank globalisasi berbasis di Salzburg Austria. Bernardus adalah Penasehat Bidang Perdagangan di Kedubes New Zealand Trade & Enterprise.

Kota Layak Huni, "Legacy" Buat Anak Cucu Masa Depan

Kompas.com - 31/07/2017, 13:32 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorHilda B Alexander

Sulit mencari padanan kata bahasa Indonesia untuk kata legacy. Padahal, maknanya sangat dalam, dan sangat filosofis.

Tetapi secara sederhana, legacy mungkindapat diartikan sebagai sesuatu yang berharga yang ditinggalkan bagi generasi masa depan, yang dapat menjadi cara generasi tersebut mengenang kita.

Mengalun sayup-sayup di latar, betotan gitar dan syair lagu kondang dari sekelompok mantan mahasiswa sekolah musik ternama Berklee College of Music di Boston, Dream Theatre, ".... They say life is too short, and you're only given one shot".

Ketika saya ingin membahas kiprah teknokrat perencana kota dan pemimpin kota, kata legacy inilah yang serta merta terbersit. Intinya, apa yang direncanakan dan dibangun sebuah kota adalah membangun peradaban. Inilah legacy yang ditinggalkan para perencana.

Kebaikan atau keburukan?

Peradaban dan sejarah perencanaan kota pada akhir abad 19 dan awal abad lalu, ditandai jejak rancang dua orang perencana kota yaitu Sir Patrick Geddes dan Sir Ebenezer Howard.

Keduanya meletakkan fondasi dari perencanaan dan perancang kota modern seperti yang kita lihat dalam kehidupan kita sekarang.

Geddes adalah sosok perencana yang komplet. Delain filantrofis, dia juga ahli sosiologi dan geografi. Dia meletakkan dasar-dasar perencanaan modern yang kita kenal, yaitu diagnose before treatment, kota direncanakan dengan terlebih dahulu melakukan survei atas kondisi warga terdampak, geologis, sosial, ekonomi dan lingkungan.

Taman Suropati bebas dari PKL dan parkir liar. Foto diambil pada Selasa (14/6/2016) malam. Jessi Carina Taman Suropati bebas dari PKL dan parkir liar. Foto diambil pada Selasa (14/6/2016) malam.
Sedangkan Howard, memperkenalkan pola ruang kota berbentuk garden city, sebagai ruang ruang hidup yang mandiri dikelilingi oleh sabuk hijau.

Pola ini pada kemudian hari mengatur proporsi kawasan residential, industri dan pertanian. Teorinya mendasari pilihan pergerakan manusia, ke kota (town), desa (country) atau kota-desa (town country).

Kedua perencana tersebut sangat berpengaruh dan menghasilkan peradaban dan desain kota dunia yang kita lihat sekarang. Semua perencana kota pasti bersinggungan dengan Geddes dan Howard, yang kearifan visi merencana kotanya menjadi standar sebagian besar kota dunia.

Pertanyaan mendasar, apakah legacy kedua pakar tersebut sudah cukup, atau apakah masih relevan dalam pembangunan kota-kota Indonesia? Sebuah negara di khatulistiwa, dengan 30-an kota saat ini berkembang di atas 1 juta penduduk, termasuk 10 metropolitan dan satu kota mega dunia dengan 28 juta jiwa?

Dalam prediksi pemerintah, pada tahun 2030, lebih dari 65 persen penduduk Indonesia akan hidup di perkotaan. Ini berarti ada 60 juta orang akan bertranformasi dari desa menjadi masyarakat perkotaan, 70 juta orang akan naik kelas ke kelas menengah baru.

Dan pada saat yang bersamaan, rezim hari ini berencana membangun 100 kota baru yang layak huni atau liveable.

Abad ini adalah momentum penting peradaban manusia di Indonesia yaitu abad kota. Begitu besar dibutuhkan energi, anggaran, keringat politik, aplikasi teknologi, dan potensi serta tantangan hubungan horisontal masyarakat.

Warga menikmati suasana malam di Taman Bungkul di Jalan Raya Darmo, Surabaya, Jawa Timur, Selasa (3/12/2013). Taman ini merupakan tempat publik yang paling lengkap karena mampu mengakomodasi kepentingan masyarakat dari berbagai lapisan sosial dan usia.KOMPAS/JUMARTO YULIANUS Warga menikmati suasana malam di Taman Bungkul di Jalan Raya Darmo, Surabaya, Jawa Timur, Selasa (3/12/2013). Taman ini merupakan tempat publik yang paling lengkap karena mampu mengakomodasi kepentingan masyarakat dari berbagai lapisan sosial dan usia.
Maka, tidak berlebihan kalau para perencana seharusnya menempati posisi amat strategis, dan harus menjawab tantangan-tantangan tersebut.

Pasalnya, ada lebih dari 4,000 perencana kota di Indonesia, dengan sekitar 2,000 perencana bersertifikat dari Asosiasi Profesi Ikatan Ahli Perencana (IAP).

Tersebar hampir di semua kota Indonesia, para perencana secara profesional bertanggung jawab atas kualitas rencana kota di 520-an kota/kabupaten dan 34 provinsi.

Gerakan Kota Indonesia Layak Huni

Kalau Howard melalui bukunya To-Morrow: A Peaceful Path to Real Reform (1898) menggambarkan kota yang utopis tempat warga hidup secara harmoni, telah menjadi awal dari gerakan besar Garden City dan terciptanya garden-garden city di dunia. Maka, bagaimana dengan Indonesia kontemporer masa kini?

Perbaikan standar dan pedoman penyusunan rencana kota harus terus dikawal oleh kementerian Agraria dan Tata Ruang (ATR) sebagian kustodian dari proses merencana. Namun, dengan esensi perencanaan itu berada di level lokal. Para perencana membangun kota-kota yang layak huni sesuai dengan prediksi kehidupan warga 30, 50 bahkan 100 tahun ke depan.

Tembok grafiti/mural, salah satu spot favorit bagi pengunjung Taman Kalijodo untuk berswafoto.KOMPAS.COM/Alek Kurniawan Tembok grafiti/mural, salah satu spot favorit bagi pengunjung Taman Kalijodo untuk berswafoto.
Perencanaan kota-kota baru, termasuk kota pusat pemerintahan, secara asal-asalan dan menafikan proses teknokratik yang benar, akan menjadi bencana pada masa depan. Padahal, bukan itu yang ingin kita kenalkan pada generasi anak cucu kita.

Gerakan Kota Indonesia Layak Huni mulai saya gagas sejak 2009 dengan mengawali Survey Index Persepsi Indonesia Most Livable City Index di IAP. Ke depan, menyusul berbagai gerakan Satu-Planner-Satu-RDTR akan mulai meluncur di beberapa kota termasuk Jakarta, Makassar dan Bandung.

Mari para perencana bergerak! Seperti Dream Theatre mengamini, "If I die tomorrow, I'd be alright. Because I believe that after we've gone, the spirit carries on!".

Salam Kota Layak Huni!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com