Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rumah Cantik di Lombok Ini Terbentuk dari Kontainer dan Kotoran Sapi

Kompas.com - 13/07/2017, 18:00 WIB
Dani Prabowo

Penulis

Sumber Dezeen

LOMBOK, KompasProperti - Sebuah boks kontainer nampak tergelincir di atas rumah yang berada di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Bangunan tersebut dirancang oleh arsitek Budi Pradono.

Clay House, nama bangunan tersebut, tepatnya berada di Selong Belanak, sebuah kawasan tepi pantai Lombok, di sisi timur setelah Pulau Bali.

Didirikan di atas sepasang panggung beton, memungkinkan untuk dapat melihat suasanan pepohonan di sekitar rumah.

Pemiliknnya menyebut rumah yang menghadap ke sawah serta Samudera Hindia itu sebagai "Seven Havens Residence".

Budi mengatakan, rumah tersebut akan menjadi tengara bagi daerah di sekitarnya, yang hingga kini masih belum berkembang.

"Dengan adanya lokasi ini di atas bukit, tentunya kita harus berhati-hati. Karena bangunan ini otomatis akan menjadi ikon lingkungan sekitar," kata Budi seperti dikutip dari Dezeen.

Kontainer setinggi 2,2 meter tersebut diletakkan di lokasi tertinggi dari rumah, dengan sudut kemiringan 60 derajat.

Hal itu digunakan untuk menciptakan langit-langit yang tinggi pada kamar tidur utama, yang dilengkapi dengan jendela besar serta pintu terbuka yang menghadap ke teras.

Kamar mandi.Dezeen Kamar mandi.

Ini bukan kali pertama, firma Budi Pradono Architects mengaplikasikan jilid miring. Mereka sebelumnya juga pernah menggarap sebuah rumah bersandar (leaning residence), yang menjadi antitesis dari gaya rumah Eropa yang diaplikasikan pada sebuah kompleks perumahan di Jakarta.

Baca: Unik, Rumah Miring Berkonsep Asimetris

Di Clay House, sebuah jendela dipasang untuk memberikan jalan masuk bagi cahaya matahari ke dalam kamar mandi.

Sementara, di bagian luarnya dicat putih untuk merefleksikan cahaya dan sekaligus meminimalisasi panas.

Tulisan 7h berwarna jingga yang terdapat pada boks kontainer tersebut.Dezeen Tulisan 7h berwarna jingga yang terdapat pada boks kontainer tersebut.

Boks kontainer tersebut berasal dari sebuah pelabuhan yang berada tak jauh dari lokasi. Sebuah logo berwarna jingga "7h" masih terlihat pada boks tersebut.

Sejumlah bahan baku lokal alami digunakan di dalam proses pembangunan rumah tersebut, seperti logam cuboid serta tanah liat yang digunakan untuk bahan baku dinding.

Tanah liat tersebut diperoleh dari salah pengrajin yang berlokasi 20 kilometer dari rumah, dimana telah diolah dengan campuran pasir, semen, jerami hingga kotoran sapi.

Halaman:
Sumber Dezeen
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com