Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 12/07/2017, 18:14 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

Cushman and Wakefield Indonesia mencatat, hingga akhir tahun lalu saja, ruang-ruang kosong pusat belanja seluas 621.275 meter persegi.

Pertumbuhan permintaan hanya sebesar 1,4 persen atau 0,6 persen secara tahunan (2015-2016). 

Tentu saja, seretnya permintaan ini juga berdampak pada tarif sewa yang harus disiasati oleh para pengembang dan pengelola.

"Mereka harus menyesuaikan tarif sewa dengan kondisi aktual, alias menurunkan harga sewa demi mempertahankan para peritel agar tetap membuka gerainya," tutur Andreas.

Kecuali pusat belanja kelas premium yang juga tak bisa menaikkan harga sewa, tambah dia, pusat belanja dengan kelas di bawahnya lebih sulit lagi mengubah tarif sewa.

Terkait kenaikan biaya sewa ini, memang ada hitung-hitungannya. Selain kondisi aktual yang memaksa para pengembang dan pengelola mempertimbangkan tidak menaikkan biaya sewa, juga ada beberapa faktor lainnya.

Bahkan, menurut Ketua DPD APPBI DKI Jakarta Ellen Hidayat, menaikkan biaya sewa dan juga servis, tidak bisa dilakukan sembarangan.

"Ada komponennya, termasuk kenaikan upah minimum provinsi (UMP), tarif dasar listrik, perubahan kurs mata uang, biaya operasional dan lain-lain," kata Ellen.

Beberapa pusat belanja yang belum menaikkan harga sewa di antaranya adalah Kota Kasablanka, Blok M Plaza, Gandaria City, dan pusat-pusat belanja lainnya milik PT Pakuwon Jati Tbk.

Baca: Pernyataan Hippindo Bohong dan Tidak Bisa Dipertanggungjawabkan

Sementara Riset Colliers International Indonesia menunjukkan harga sewa rata-rata pusat belanja di Jakarta selama kuartal II-2017 masih tumbuh kendati demikian tipis yakni hanya 3 persen menjadi Rp 599.335 per meter persegi per bulan dibanding periode yang sama tahun 2016.

Ada pun pusat belanja di luar Jakarta menunjukkan kenaikan tarif sewa 3,2 persen menjadi Rp 367.884 per meter persegi per bulan.

Sedangkan tingkat okupansi pusat belanja di Jakarta dan luar Jakarta tercatat masing-masing 86,1 persen, dan 82 persen.

Senior Associate Director Research Colliers International Indonesia Ferry Salanto, mengatakan ketatnya persaingan antar-pusat belanja menuntut pengelola dan pengembang harus lebih kreatif untuk menarik minat peritel dan juga pengunjung.

"Karena itu ada beberapa di antaranya yang mematok tarif sewa lebih rendah dibanding harga pasar dengan perbaikan layanan di sana sini," ujar Ferry.

Andreas menilai, melihat situasi seperti ini, dengan fenomena turunnya spending power masyakarat, bisnis ritel akan tertekan bila pemerintah tak segera belanja di sektor konsumsi dalam jangka pendek.

 

 

 

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Bangli: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Bangli: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kota Probolinggo: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kota Probolinggo: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Dua Raksasa Properti Kembali Berkongsi Bangun Klaster Baru di BSD City

Dua Raksasa Properti Kembali Berkongsi Bangun Klaster Baru di BSD City

Berita
Jalan Terbentuknya Kementerian Perumahan, UU 39/2008 Perlu Direvisi

Jalan Terbentuknya Kementerian Perumahan, UU 39/2008 Perlu Direvisi

Berita
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Banyuwangi: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Banyuwangi: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Okupansi Pergudangan Modern Jabodetabek Stabil di Angka 90 Persen

Okupansi Pergudangan Modern Jabodetabek Stabil di Angka 90 Persen

Berita
Bakal Hadiri Acara WWF, AHY: Air dan Tanah Tak Bisa Dipisahkan

Bakal Hadiri Acara WWF, AHY: Air dan Tanah Tak Bisa Dipisahkan

Berita
[POPULER PROPERTI] Plus Minus Tandon Air Atas dan Bawah

[POPULER PROPERTI] Plus Minus Tandon Air Atas dan Bawah

Berita
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Situbondo: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Situbondo: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Jombang: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Jombang: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Pulang Dinas dari AS, AHY Sayangkan Investor Kabur karena Masalah Tanah

Pulang Dinas dari AS, AHY Sayangkan Investor Kabur karena Masalah Tanah

Berita
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Sampang: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Sampang: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Trenggalek: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Trenggalek: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Sumenep: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Sumenep: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Bondowoso: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Bondowoso: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com