Cadas Pangeran di Sumedang, Jawa Barat, misalnya, adalah sepenggal bagian Jalan Pos yang sempat terabaikan sekian lama. Baru pada medio 1990-an, jalan tersebut dibuka dan dibangun kembali oleh Pemerintah Indonesia, dengan perbaikan dari waktu ke waktu sampai kondisi sekarang.
Kawasan Puncak, contoh lain, kini tak lagi jadi jalur utama ke arah Bandung, setelah kehadiran Tol Purwakarta-Bandung-Cileunyi (Purbaleunyi).
Situasi serupa juga terjadi di pesisir utara Jawa Tengah selewat Semarang ke arah Jawa Timur yang tak dipilih menjadi lintasan Tol Trans-Jawa ke ujung Jawa Timur.
Jalan Daendels di jalur selatan Jawa
Nah, jalan yang satu ini lebih redup pamornya. Padahal, keberadaannya justru lebih awal daripada Jalan Pos yang membentang dari Anyer sampai Panarukan.
Jalan Daendels di selatan mempunyai rentang lebih pendek, yaitu dari Bantul di Daerah Istimewa Yogyakarta sampai Cilacap di Jawa Tengah, melipir pantai selatan Pulau Jawa. Panjangnya hanya sekitar 130 kilometer.
(Baca juga: Jalan Daendels Siap Jadi Jalur Alternatif Mudik Pantai Selatan Jawa)
Jalan yang sama dipakai pula oleh Pangeran Diponegoro sebagai jalur perlawanan terhadap pemerintah Kolonial Hindia Belanda pada 1825-1830. Ini lebih dikenal dengan periode Perang Diponegoro.
Nama Daendels yang diterakan untuk jalur di selatan tersebut merujuk pada nama Augustus Dirk Daendels, asisten residen Ambal, wilayah pecahan dari Bagelen—sekarang masuk wilayah Kabupaten Purworejo—yang menjabat pada 1838.
Pemasangan nama baru tersebut memang sengaja dilakukan untuk meredupkan pamor Diponegoro dan kenangan atasnya. Informasi soal Daendels yang ini antara lain bisa didapat dari Almanak van Nederlandsch-Indië voor het jaar..., terbitan 1839.
Untuk membedakan dengan Jalan Daendels yang membentang dari Anyer hingga Panarukan, pemerintah kolonial Hindia Belanda menyebut jalan Daendels selatan sebagai “Jalan Utama”.
Menyusuri Jalan Daendels yang ini, sederet lokasi wisata pantai bisa disusuri. Pantai-pantai di kawasan pesisir selatan Kulon Progo, seperti Congot, Glagah, dan Trisik bisa disambangi lewat jalanan mulus dan sepi.
Belum lagi pesona pantai di wilayah Kebumen yang tak kalah menarik dari wahana di Bali dalam versi yang jauh lebih sepi dan masih alami.
(Baca juga: Menanti Pagi di Pantai Menganti...)
Sejumlah versi referensi bahkan membedakan Jalur Diponegoro dan Jalan Daendels Selatan, termasuk dalam draf rancangan pembangunan Jalur Jalan Lintas Selatan Selatan (JJLSS) di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
Nah, ternyata memang ada dua jalan menggunakan “label” Daendels, yang di utara pun tak semuanya dijajari Jalan Tol Trans-Jawa....