SALATIGA, KompasProperti - Sebentar lagi ruas Tol Bawen-Salatiga akan berfungsi, setidaknya selama mudik dan balik Lebaran 2017.
Kota Salatiga yang dilintasi Seksi III Jalan Tol Semarang-Solo ini dibayangi ketakukan akan menjadi kota mati, apalagi jika keseluruhan akses ini tersambung.
Maka sejak tahun 2009 Pemerintah Kota (Pemkot) Salatiga gigih mengusulkan kepada Pemerintah Pusat untuk penambahan pintu tol di tengah kota, agar Salatiga tidak menjadi kota mati.
Lalu apa kabar kelanjutan pintu keluar atau exit Pattimura saat ini?.
Tiba-tiba saja Ketua DPRD Kota Salatiga M Teddy Sulistio memberikan sedikit bocoran ihwal pintu keluar Pattimura ini.
Awalnya Teddy enggan memberikan tanggapan mengenai fenomena Gardu Tol (GT) Salatiga yang viral karena dinyatakakan oleh para warganet sebagai GT terindah di Indonesia.
Salah alasan dia adalah, fenomena GT Salatiga yang panoramik ini tidak ada artinya lantaran Pemkot Salatiga sejauh ini tidak mempunyai konsep yang jelas tentang cara "menyelamatkan" dari ancaman "kematian" setelah berfungsinya jalan Tol Semarang-Solo.
"Malah yang saya dengar GT di Plumpungan (Pattimura) dananya hangus," imbuhnya.
Menanggapi hal itu, Walikota Salatiga Yuliyanto menjelaskan bahwa pintu keluar Pattimura masih dalam proses.
Pada masa kepemimpinannya yang kedua ini, rencana mengenai exit Pattimura bahkan menunjukkan perkembangan yang positif.
Baca: Hindari Jadi Kota "Mati", Daerah Harus Berbenah
"Kalau dulu periode pertama saya, bangunan (fisik jalan) dan lahan seluruhnya dibiayai oleh Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT). Sekarang dibiayai fisiknya saja, tanahnya harus disiapkan Pemkot," kata Yuliyanto.
Kendati ada perubahan kebijakan, namun Yuliyanto optimistis proses ini akan mudah dilalui. Salah indikatornya adalah tidak adanya kendala mengenai penyediaan lahan lantaran lokasi exit Pattimura merupakan tanah bengkok (aset).
Menurut Yuliyanto, seluruh proses yang dilalui guna mewujudkan exit Pattimura ini menunjukkan bahwa Pemkot Salatiga masih berkomitmen untuk menjawab kegelisahan mengenai masa depan kota berpenduduk 200.000 jiwa ini setelah operasional jalan Tol Semarang-Solo.
"Kemarin kami sudah kirimkan surat kesanggupan menyediakan lahan ke Pusat. Proses ini adalah sebuah komitmen," cetusnya.
Sebagaimana pernah disampaikan oleh Kepala Badan Perencanaan, Penelitian, dan Pembangunan Daerah (Barenlitbangda) Kota Salatiga Tedjo Supriyanto akhir Maret 2017 lalu, rancangan besar GT Pattimura tersebut tidak ada masalah.
Semua tahapan mulai dari pengadaan hingga pembangunannya, juga akan dibiayai melalui APBN.
Selain mengirim ulang grand design ke Kementerian PUPR, Pemkot juga akan memperbarui serta mengulang pelaksanaan studi kelayakan pintu keluar exit Patimura agar Pemerintah Pusat semakin mantap.
"Kami saat ini sedang memperbarui hasil studi kelayakan di lokasi tersebut, nantinya bakal disesuaikan dengan kondisi terkini. Secara umum kami sudah tidak ada masalah dan siap," tuturnya.
Baca: Pemkot Salatiga Kirim Ulang Desain Exit Pattimura
Jika terealisasi, proyek pembangunan ruas tol seksi III Bawen–Salatiga sepanjang 17,5 kilometer ini memungkinkan Salatiga memiliki dua pintu tol, yakni di Kecamatan Tingkir dan Sidorejo.
Khusus yang ada di Sidorejo, konsep pintu tol dalam kota ini berupa simpang susun atau interchange.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.