Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Batam yang Tertinggal dan Ketidakyakinan Pengusaha

Kompas.com - 28/05/2017, 15:12 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

Terkait hal ini, Bernardus berpendapat senada. Menurut dia, dualisme ini sesuatu yang konyol, dan harus dihilangkan.

Baca: Cara Iskandar Mengatasi Kekurangan Rumah Rakyat

"Salah satunya harus punya visi menjalankan pengembangan kawasan dan komersial secara spesifik dengan baik," kata Bernardus.

BP Batam, kata dia, harusnya dijadikan sebagai otoritas komersial seperti Iskandar Regional Development Authority (IRDA).

Iskandar Malaysia adalah keberhasilan negeri tetangga yang mampu menerjemahkan politik menjadi daya saing yang tinggi.

Masalah ketiga adalah panjang dan lamanya proses perizinan untuk investasi. Djaja menyebut lambatnya proses perizinan ini ada pada BP Batam.

Dengan kondisi saat ini, kata dia, Batam tak akan mampu melepas inferioritasnya dan melesat menjadi destinasi investasi pilihan.

Tak mengherankan dalam setahun terakhir, tidak ada investasi asing skala kakap yang hadir di Batam sebagaimana yang terjadi di Johor, lewat KEK Iskandar.

Catatan komitmen investasi kumulatif di KEK Iskandar sejak 2006 hingga kuartal I-2017 adalah senilai 227 miliar RM atau setara dengan Rp 706,6 triliun.

Dari jumlah komitmen investasi tersebut, yang sudah terealisasi adalah sebanyak 56 persen dalam berbagai proyek di sembilan sektor. Di antaranya manufaktur, perumahan, akomodasi, dan lain-lain.

Chief Executive IRDA Datuk Ismail Ibrahim menuturkan, target komitmen investasi hingga 2025 mendatang adalah sejumlah 383 miliar RM atau setara Rp 1.192 triliun.

"Kami optimistis target tersebut dapat tercapai. Kendati perekonomian global sedang melemah, namun pertumbuhan Iskandar sekitar 7 persen hingga 8 persen. Angka ini lebih tinggi dibanding pertumbuhan Nasional bahkan di seluruh regional Asia Tenggara," tutur Ismail menjawab Kompas.com, Rabu (24/5/2017).

Djaja juga meragukan target realisasi investasi sejumlah 571 juta dollar AS atau ekuivalen Rp 7,6 triliun tahun ini dapat tercapai.

"Sepanjang masalah-masalah tersebut tidak ditangani dengan baik, saya tidak yakin target tersebut akan tercapai," tambah Djaja. 

Kris Mada Derek di Pelabuhan Batam Ampar, pelabuhan terbesar di Batam, Kepulauan Riau. Batam membutuhkan pelabuhan lebih besar agar bisa memanfaatkan keuntungan terletak di Selat Malaka. Kapal-kapal lebih memilih berlabuh di Singapura dan Malaysia karena di sana tersedia pelabuhan yang lebih memadai
Seharusnya, BP Batam dan Pemkot Batam membangun bersama menciptakan iklim investasi kondusif.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com