Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Depok, yang Dulu Cuma Dusun Kecil...

Kompas.com - 09/05/2017, 09:03 WIB
M Latief

Penulis

Nantinya, Tol Cijago akan terdiri dari tiga seksi. Jika Seksi I (Cimanggis-Jalan Raya Bogor) sudah beroperasi pada 2012 lalu, sementara Seksi III (Kukusan-Cinere) masih dalam proses pembebasan lahan.

Adapun akses keluar masuk tol akan berlokasi di Jalan Raya Bogor, Margonda, dan Cinere. Sementara itu, pembangunan jalan tol Depok-Antasari seksi I Antasari-Brigif ditargetkan selesai akhir tahun ini.

"Sekarang penyelesaian konstruksinya sudah mencapai 49,5 persen dengan pembebasan lahan 97 persen," ujarnya.

Herry mengatakan, hal pertama yang disiapkan adalah akses tol bandara, yaitu pada Mei 2017 nanti. Mulai Mei ini, perjalanan dari Alam Sutera ke arah Serpong, --yang dari arah Depok-Antasari akan dimulai dari Krukut.

"Nanti akses orang dari Depok bisa bertemu di HighScope atau TB Simatupang. Ke Bogor sudah perlu lewat Jagorawi lagi nanti," ujarnya.

Hunian vertikal

Berdasarkan data Kementerian Dalam Negeri, jumlah penduduk Kota Depok pada semester II tahun 2016 mencapai 1.803.708 jiwa, terdiri dari laki-laki 913.359 jiwa (50,63%) dan perempuan 890.349 jiwa (49,36%).

Artinya, Depok makin hari makin padat. Ruang-ruang hidup di kota ini makin sesak, mulai urusan jalan, layanan transportasi, kesehatan hingga yang paling penting; hunian.

"Pada 2025 nanti Depok akan menjadi kota yang dipenuhi orang tua. Dengan segala fasilitas yang ada, semua akan tergantung akses transportasi, seperti bagaimana mencapai lokasi rumah sakit dari tempat tinggal warga Depok sendiri," ujar Kepala Rumah Sakit Univesitas Indonesia, Julianto Wicaksono, yang juga menjadi pembicara diskusi.

RSUI sendiri merupakan Rumah Sakit Pendidikan Tinggi Negeri (RS-PTN) pertama di Indonesia yang berkapasitas 300 tempat tidur. Menurut Julianto, sebagai rumah sakit berkonsep Academic Health System dan berorientasi sepenuhnya pada penyediaan lahan pendidikan profesional bagi dokter, keperawatan, farmasi dan kesehatan masyarakat secara terintegrasi, urusan akses dan hunian menjadi sangat penting di Depok.

"Sekarang masih 300 tempat tidur, tapi konstruksinya di tahap kedua akan disiapkan untuk 900 tempat tidur. Ini akan memunculkan nilai sewa tempat tinggal sementara untuk dosen atau keluarga pasien dan tamu. Kalau semua infrastruktur Depok siap, bisnis hospital tourism pasti jalan, termasuk bisnis MICE, karena ada seminar-seminar di RSUI dan butuh itu penginapan," ujar Julianto.

Rencananya ke depan, pada 2022, lanjut Julianto, dengan adanya RSUI kebutuhan akses dari bandara ke RSUI dan sebaliknya, sudah sangat mendesak. Rumah sakit ini akan membutuhkan tempat tinggal sementara yang bisa diakses.

"Dua hal inilah yang membuat rumah sakit di Singapura dengan mudah mendapatkan pasien, karena akses dan penginapannya mudah dan memadai. Kami tak membangun rumah singgah, jadi harus ada hatau tempat unian tinggal sementara," kata Julianto.

Menanggapi hal itu, Kepala Dinas Perumahan dan Permukiman Pemkot Depok, Wijayanto, mengatakan bahwa secara umum Depok sudah menjadi kota target hunian. Bisnis atau investasi untuk sektor properti semakin terbuka lebar ke Depok karena kebutuhannya memang tinggi.

Karena itulah, menurut dia, dengan semua potensi yang ada saat ini, mulai infrastruktur, moda transportasi dan lain-lainnya, kebijakan pembangunan di Kota Depok akan lebih bersifat intensifikasi dan berkonsentrasi pada pemanfaatan lahan yang sudah terbangun (urban renewal).

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com