JAKARTA, KompasProperti - Berbagai kemudahan dan fasilitas ditawarkan pengembang dan pengelola apartemen maupun rumah susun milik (rusunami) yang ada di Jakarta untuk menggaet minat masyarakat.
Mulai dari kemudahan akses transportasi, fasilitas umum seperti taman bermain, lapangan futsal, lapangan basket hingga kolam renang.
Namun, masyarakat yang ingin memiliki rumah tapak pun nampaknya juga tak sedikit. Hanya, perlu dimahfumi bahwa keterbatasan lahan acap kali membuat harga rumah-rumah tersebut selangit, khususnya yang berada di dalam kota Jakarta.
Baca: Sekali Lagi, Ini Syarat Mendapatkan Rumah Murah DP 1 Persen
Tak heran bila angka kebutuhan, dan pasokan rumah tak pernah seimbang. Selalu menyisakan kekurangan, untuk tidak dikatakan ketimpangan.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2015 lalu, kenaikan angka kebutuhan rumah masyarakat mencapai 800.000 unit per tahun. Sedangkan, jumlah unit yang mampu dipasok pengembang baru separuhnya.
Hal itulah yang membuat backlog perumahan masih tinggi, yakni mencapai 11,4 juta unit. Pemerintah pusat pun terus berupaya mengurangi angka backlog tersebut. Terutama agar masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) dapat menikmatinya.
Dalam sepekan terakhir, Presiden Joko Widodo (Jokowi) meresmikan pembangunan perumahan murah bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) yakni di Serpong, Tangerang, dan Cikarang, Bekasi.
Baca: Dalam Sepekan Jokowi Resmikan Dua Hunian Murah DP 1 Persen
Keinginan masyarakat untuk dapat memiliki rumah murah pun meningkat. Terlebih bila didukung dengan skema pembiayaan yang mudah.
"Kalau rumah tapak lebih enak ya dibandingkan dengan rusunami atau apartemen sekali pun. Terutama buat kita yang notabene adalah keluarga muda yang baru punya anak," ucap Ayunda Miranti, salah penghuni rusunami Kalibata City kepada KompasProperti, Jakarta, Minggu (7/5/2017).
"Kita enggak perlu pusing mikirin kenaikan iuran pengelolaan lingkungan (IPL) atau sebagainya. Belum lagi lahan parkir mobil kalau ada tamu datang," kata dia.
Berikut berbagai alasan rumah tapak lebih digemari dibandingkan apartemen:
1. Sertifikat Hak Milik
Dengan memiliki sertifikat, menurut Ayunda, menjadi jaminan atau tabungan bagi keluarga. Berbeda dengan apartemen di mana pemilik hanya mendapat sertifikat hak guna bangunan.
2. Privasi
Banyaknya orang yang tinggal di rusunami atau apartemen dalam satu lingkungan, acap kali membuat para penghuni risih.
Terlebih bila orang-orang yang bukan pemilik atau penyewa, nongkrong di fasilitas umum yang disediakan pengelola.
"Kan ngerasa enggak aman aja. Kalau rumah tapak dengan fasilitas cluster gitu enggak bisa seperti itu," ujarnya.
3. Lahan Parkir Terbatas
Sulit dipungkiri bila mayoritas penghuni apartemen atau rusun adalah masyarakat kelas menengah. Setidaknya, pemandangan itu terlihat di rusunami Kalibata City. Banyaknya kendaraan roda empat yang terparkir, bahkan hingga paralel, menjadi buktinya.
Menurut Langgeng, kondisi tersebut dirasa kurang nyaman. Terlebih bila ada tamu yang hendak datang ke kediamannya.
"Walau pun kita punya kartu langganan, bukan berarti ada space khusus buat kita bisa parkir. Kita tetap harus cari sendiri kalau mau parkir mobil," kata dia.
4. IPL Naik
Tinggal di rusunami atau apartemen tentu harus siap dengan segala risikonya. Termasuk kenaikan iuran pengelolaan lingkungan (IPL) yang dibebankan setiap tahunnya kepada penghuni.
"Sekarang sudah mau sampai Rp 4 juta per tahun di sini," ucap Ayunda.
Bahkan, bila dibandingkan dengan iuran kebersihan lingkungan di rumah orang tuanya, itu jauh lebih baik.
Sementara itu, menurut Langgeng, kenaikan IPL terkadang tidak relevan dengan hasil kerja petugas kebersihan.
"Kita memang diberitahu lewat surat kalau mau ada kenaikan beberapa bulan sebelumnya, tapi kenaikannya kadang tidak wajar. Bisa Rp 300.000 sampai Rp 400.000 setiap tahun," ujarnya.
5. Fasilitas umum
Sudah jadi rahasia umum bila fasilitas jadi bahan jualan pengelola rusunami maupun apartemen untuk menggaet minat masyarakat.
Lokasi yang dekat stasiun kereta api, taman bermain, lapangan basket, lapangan futsal, aneka restoran, hingga fasilitas pusat perbelanjaan ditawarkan.
Namun demikian, menurut Ayunda, fasilitas umum yang ada terkadang kurang terawat. Selain itu, karena apartemen atau rusunami dihuni cukup banyak orang, terkadang sesama penghuni tidak mengetahui apakah yang memanfaatkan fasilitas tersebut benar-benar penghuni atau tidak.
"Suka ada kekhawatiran, ternyata bukan penghuni. Kadang suka khawatir dan risih kalau kita jalan, ngerasa ada yang ngelihatin atau gimana. Kalau itu penghuni, kita nyaman-nyaman aja karena kita tahu," kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.