Bukan hanya di pusat kota, proyek betonisasi juga diimplementasikan di daerah terpencil, seperti Jalan Raya Banyumeneng yang menghubungkan Kabupaten Demak dengan wilayah Kabupaten Semarang.
Jalan di wilayah perbatasan yang sudah bagus dan mulus itu, semakin mempermudah dan memperlancar akses transportasi warga.
"Saya kalau pergi ke Solo atau Jogya, ya lewat jalan Banyumeneng itu, karena waktu tempuh lebih pendek," cetus Joko.
Banyak manfaat
Manfaat infrastuktur jalan yang bagus, dirasakan segenap lapisan masyarakat. Farodli (58), misalnya, petani asal Desa Wonoketingal, Kecamatan Karanganyar, Demak, itu mengaku kehidupan petani sekarang lebih baik jika dibandingkan sepuluh tahun silam.
Ini karena akses ke sawah lebih mudah. Jalan beton tersebut juga berpengaruh terhadap peningkatan dan kualitas produksi padi.
Dulu, ketika panen tiba, petani tidak bisa langsung mengangkutnya ke rumah karena terkendala akses transportasi.
Bahkan untuk membawa hasil bumi ke kampungnya, petani harus bersusah payah mengangkutnya menggunakan perahu dan melewati avour (saluran irigasi).
"Dulu, kalau mau mengangkut hasil panen, harus menunggu selama lima hari. Tapi sekarang, begitu panen, langsung bisa diangkut ke rumah karena akses jalan sudah bagus," kata Farodhi.
Ketika itu, untuk biaya angkut dari sawah ke tempat penggilingan padi yang berada di wilayah Demak kota dan sekitarnya. sekitar Rp 200.000-Rp 300.000 untuk satu truk bermuatan 5-6 ton gabah.
Namun sekarang biaya angkut tersebut hanya Rp 150.000, karena jalan yang dilintasi kendaraan darat pengangkut hasil pertanian, sudah mulus tanpa lubang.
Selain biaya, jalan mulus juga bisa memangkas waktu tempuh menjadi hanya setengah jam dari sebelumnya lebih satu jam.
Manfaat jalan beton ini juga dirasakan oleh Suratno (45) Warga Desa Demung, Kecamatan Wonosalam, Demak, yang berprofesi sebagai sopir truk.
Suratno berkisah, selama 15 tahun menekuni pekerjaannya itu, infrastruktur jalan di Kabupaten Demak lebih enak sekarang, dibandingkan tahun-tahun sebelumnya/