Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Dulunya Kubangan Kerbau, Sekarang Mulus Berlapis Beton"

Kompas.com - 25/03/2017, 18:24 WIB
Ari Widodo

Penulis

DEMAK, KompasProperti - Siapa sangka, jalan di Kabupaten Demak bisa berubah mulus seperti sekarang.

Dulu, sekitar 15 tahun silam, jalan kabupaten yang berfungsi sebagai penghubung antar-kecamatan, kondisinya rusak parah, dan berlubang hingga mirip kubangan untuk mandi kerbau.

Seiring berjalannya waktu, kebutuhan akses jalan yang memadai semakin mendesak. Hal ini mendorong Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Demak bekerja ekstra keras untuk membangun, dan memperbaiki infrastruktur jalan.

Pelan tapi pasti, jalan-jalan di Kota Wali itu pun mulai digarap. Diawali dengan proyek betonisasi jalan berlubang pada tahun 2004. Program perbaikan jalan itu tak berhenti, meski tampuk pemerintahan terus menerus berganti.

Tongkat estafet program betonisasi terus berlanjut dengan pengawasan ketat oleh mereka yang tengah mengendalikan roda pemerintahan selama lebih dari satu dekade.

Kini, pada usia Demak yang ke 514 tahun, di bawah kepemimpinan Bupati M Natsir dan wakilnya Joko Sutanto, betonisasi makin gencar digalakkan.

Sejak mulai diimplementasikan, dari total jalan kabupaten sepanjang 426,51 kilometer, Pemkab Demak telah memperbaiki jalan sepanjang 408,95 kilometer.

"Dulunya kubangan kerbau, sekarang mulus berlapis beton," kata Wakil Bupati Demak, Joko Sutanto, kepada KompasProperti, Jumat ( 24/3/2014 ).

Kondisi jalan yang mulus, kata Joko, memberikan dampak luar biasa terhadap perekonomian. Para pengusaha komoditas bumi bisa mengangkut hasil panennya langsung dari sawah mereka, karena kendaraan bisa masuk hingga ke areal-areal pertanian.

KOMPAS.com/ARI WIDODO Para pelajar pulang sekolah melintasi ruas jalan Karanganyar - Dempet, Kabupaten Demak, Jateng, yang dibangun Pemkab Demak dengan cor beton, Sabtu (25/3/2017)
Selain akses jalan desa yang sudah mulus, juga ditunjang adanya Jalan Usaha Tani (JUT). Hal itu tentunya mempermudah pengangkutan hasil bumi dan menekan biaya transportasi sehingga pendapatan bisa lebih maksimal.

Tingkat perekonomian masyarakat pun berubah, setingkat lebih maju. Kini masyarakat sudah mulai berani merambah sektor lain, selain kebutuhan pokok pangan dan sandang.

Karena untuk kebutuhan makan, dan sandang sudah tercukupi, warga mulai memikirkan papan. Rumah-rumah yang tadinya tak terurus kini mulai ditata ulang berkat pendapatan yang makin meningkat.

"Dulu jalannya jelek, rumah warga juga jelek. Setelah jalanya bagus, rumahnya juga bagus bagus," tutur Joko.

Menurutnya, perkembangan Demak sangat luar biasa, terlebih 95 persen jalan kabupaten sudah dibeton dan tinggal pelebaran dari 4 meter menjadi 6-7 meter.

"Jalan sepanjang 408,95 kilometer itu, kira kira menghubungkan Demak-Jakarta. Tinggal bagaimana meningkatkan nilai jualnya," jelasnya.

Bukan hanya di pusat kota, proyek betonisasi juga diimplementasikan di daerah terpencil, seperti Jalan Raya Banyumeneng yang menghubungkan Kabupaten Demak dengan wilayah Kabupaten Semarang.

Jalan di wilayah perbatasan yang sudah bagus dan mulus itu, semakin mempermudah dan memperlancar akses transportasi warga.

"Saya kalau pergi ke Solo atau Jogya, ya lewat jalan Banyumeneng itu, karena waktu tempuh lebih pendek," cetus Joko.

KOMPAS.com/Ari Widodo Seorang ibu memboncengkan anaknya saat melintasi ruas jalan Karanganyar - Dempet, Kabupaten Demak, Jateng, yang dibangun Pemkab Demak dengan cor beton, Sabtu (25/3/2017)
Banyak manfaat

Manfaat infrastuktur jalan yang bagus, dirasakan segenap lapisan masyarakat. Farodli (58), misalnya, petani asal Desa Wonoketingal, Kecamatan Karanganyar, Demak, itu mengaku kehidupan petani sekarang lebih baik jika dibandingkan sepuluh tahun silam.

Ini karena akses ke sawah lebih mudah. Jalan beton tersebut juga berpengaruh terhadap peningkatan dan kualitas produksi padi.

Dulu, ketika panen tiba, petani tidak bisa langsung mengangkutnya ke rumah karena terkendala akses transportasi.

Bahkan untuk membawa hasil bumi ke kampungnya, petani harus bersusah payah mengangkutnya menggunakan perahu dan melewati avour (saluran irigasi).

"Dulu, kalau mau mengangkut hasil panen, harus menunggu selama lima hari. Tapi sekarang, begitu panen, langsung bisa diangkut ke rumah karena akses jalan sudah bagus," kata Farodhi.

Ketika itu, untuk biaya angkut dari sawah ke tempat penggilingan padi yang berada di wilayah Demak kota dan sekitarnya. sekitar Rp 200.000-Rp 300.000 untuk satu truk bermuatan 5-6 ton gabah.

KOMPAS.com/ARI WIDODO Seorang petani pulang dari sawahnya saat melintasi ruas jalan Karanganyar - Dempet, Kabupaten Demak, Jateng, yang dibangun Pemkab Demak dengan cor beton, Sabtu (25/3/2017)
Mahalnya biaya angkut tersebut karena pengaruh faktor kondisi jalan yang rusak dan berlubang sehingga waktu tempuh menjadi lama.

Namun sekarang biaya angkut tersebut hanya Rp 150.000, karena jalan yang dilintasi kendaraan darat pengangkut hasil pertanian, sudah mulus tanpa lubang.

Selain biaya, jalan mulus juga bisa memangkas waktu tempuh menjadi hanya setengah jam dari sebelumnya lebih satu jam.

Manfaat jalan beton ini juga dirasakan oleh Suratno (45) Warga Desa Demung, Kecamatan Wonosalam, Demak, yang berprofesi sebagai sopir truk.

Suratno berkisah, selama 15 tahun menekuni pekerjaannya itu, infrastruktur jalan di Kabupaten Demak lebih enak sekarang, dibandingkan tahun-tahun sebelumnya/

Waktu tempuh antar-wilayah atau desa di Demak lebih lama karena banyak jeglongan-nya (lubangnya), tapi kini Suratno bisa menghemat waktu perjalanan.

Sudah begitu, kendaraan tidak begitu membutuhkan banyak perawatan ekstra dibandingkan 10 tahun lalu.

"Sekarang onderdil truk jarang rusak karena jalannya sudah bagus dan dicor. Dulu sering dandani truk, sebulan sekali ada saja yang rusak dan harus diperbaiki," ungkapnya.

KOMPAS.com/Ari Widodo Puluhan kendaraan diparkirkan berbaris di tengah jalan utama Demak-Bonang, Rabu (26/3/2014) malam, sebagai bentuk protes atas lambannya penanganan Pemerintah Daerah Kabupaten Demak terhadap kerusakan jalan.
Target 10 Tahun

Proyek jalan tol beton bertulang, sejatinya, dimulai sejak era pemerintahan Bupati Demak Endang Setyaningdyah. Dipilihnya cor beton sebagai konstruksi bangunan jalan karena lebih awet, dan kualitasnya lebih baik.

"Dari hasil kajian teknis, cor beton paling cocok untuk jalan Demak yang tanahnya labil. Cor beton juga mampu bertahan hingga 5 tahun lebih," jelas Kepala Bidang Bina Marga Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Demak, Sularno.

Meski hampir seluruh jalan kabupaten sudah dibetonisasi, namun tahun 2017 ini, Pemkab Demak, masih mempunyai pekerjaan rumah berupa ditingkatkannya status poros jalan desa, menjadi jalan kabupaten.

Peningkatan status jalan ini dikuatkan melalui SK Bupati No 620/63/2017 tertanggal 19 Januari 2017.

Dengan adanya status peningkatan jalan tersebut, total jalan kabupaten yang sebelumnya 426,51 kilometer kini menjadi 914,426 kilometer.

KOMPAS.com/Achmad Faizal Perlintasan KA Jalan Demak Surabaya.
Pemkab Demak telah membangun jalan cor beton sepanjang 408,95 kilometer, sedangkan jalan aspal sepanjang 28,46 kilometer. Dengan demikian, masih tersisa 477,29 kilometer yang belum diperbaiki.

Total panjang jalan yang belum ditangani tersebut terbagi menjadi jalan dengan spesifikasi rusak ringan yakni jalan berupa batu krakal sepanjang 49,60 kilometer, dan rusak berat yang masih dalam kondisi tanah sepanjang 427,39 kilometer.

Pemkab Demak menargetkan perbaikan jalan rusak dengan betonisasi selama 10 tahun mendatang.

Ada pun anggaran yang disiapkan senilai Rp 51,3 miliar yang berasal dari APBD Demak, dan Rp 48,9 miliar dari bantuan gubernur Jawa Tengah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau