Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Angin Optimisme dari Singapura, Properti Indonesia Bangkit 2017

Kompas.com - 29/11/2016, 07:00 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

SINGAPURA, KOMPAS.com - "Sekaranglah saat terbaik untuk membeli, dan berinvestasi properti". 

Direktur PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) Herman Nagaria dengan nada tegas mengungkapkan optimismenya saat Forum Indonesia di ajang South East Asia Property Awards 2016 di Singapura, 23-24 November 2016 lalu.

Menurut Herman, tidak ada alasan untuk tidak meyakini masa sekarang adalah waktu yang tepat membeli dan investasi properti.

"Pertama, harga sedang terkoreksi, alias tidak seperti tahun 2011-2013 lalu yang melonjak sampai 30 sampai 40 persen. Ini artinya potensi pertumbuhannya bisa tinggi sekali pada tahun yang akan datang," imbuh dia.

Kedua, berbagai stimulus yang dikeluarkan pemerintah sangat mendukung konsumen, dan investor untuk belanja properti.

Stimulus tersebut di antaranya penurunan bunga kredit, relaksasi loan to value, potongan pajak penjualan, deregulasi perizinan, hingga amnesti pajak.

"Sejumlah paket kebijakan ekonomi itu sangat positif memacu sektor properti Indonesia berjalan sesuai jalurnya. Setelah harga terkoreksi, saya yakin tahun depan akan tumbuh yang ditopang fundamental yang kuat," ujar Herman. 

Karena itu, lanjut dia, SMRA terus berpoduksi melahirkan produk-produk baru. Di Karawang, mereka merilis dua klaster pada Juni 2016 lalu. Satu klaster terjual habis dengan nilai Rp 200 miliar.

Sementara di Bandung, SMRA meluncurkan klaster Btari Extension sebanyak 107 unit pada April 2016 lalu. Seluruh unit ini juga laku terserap dengan nilai penjualan mencapai Rp 262 miliar.

Sementara penjualan per September 2016, meski tak menyebut angka, Herman mengatakan melonjak dua kali lipat ketimbang bulan yang sama tahun lalu.

"Dari catatan penjualan tersebut, kami optimistis sektor properti Indonesia akan bangkit lebih cepat," ucap Herman.

KOMPAS.COM/GARRY ANDREW LOTULUNG Aktivitas pekerja menyelesaikan pengerjaan proyek pengeboran terowongan untuk angkutan massal cepat (Mass Rapid Transit/MRT) di kawasan Stasiun Bendungan Hilir, Jakarta Pusat, Kamis (3/11/2016). Pengerjaan proyek MRT fase pertama ini diperkirakan rampung pada tahun 2018.
Keyakinan serupa juga dilontarkan Presiden Direktur Asiana Group Loemongga Haoemasan. Menurut dia, sektor properti Indonesia didorong pasar domestik yang luar biasa besar, dan potensial. 

"Kelas menengah menjadi generator terbesar yang akan menggerakkan pemulihan ini," kata Loemongga.

Percepatan pembangunan infrastruktur dasar macam jalan tol, jembatan, bandara, dan pelabuhan di seluruh Indonesia, juga ikut berperan mengembalikan sektor properti Indonesia kembali seperti masa-masa jaya tahun 2011-2013.

"Terlebih Jakarta sebagai model pengembangan properti Tanah Air, saat ini sedang membangun mass rapid transit (MRT), jalan layang, dan light rail transit (LRT) semakin menguatkan optimisme kami," imbuh Loemongga.

Amnesti pajak

Sementara amnesti pajak, meski belum terasa saat ini, diyakini Loemongga dan Herman, akan berdampak pada semester kedua tahun 2017 mendatang.

Pendapat dua pelaku industri properti ini mengonfirmasi hasil riset JLL Indonesia. Dampak uang baru yang dideklarasikan pada tahap pertama program amnesti pajak akan meningkatkan belanja infrastruktur.

Hal ini, membuat kepercayaan terhadap sektor properti semakin menguat. Paling tidak, dalam jangka menengah.

KOMPAS.com / ANDREAS LUKAS ALTOBELI Sejumlah warga mengikuti program Tax Amnesty di Kantor Pajak Kota Tangerang, Jumat (30/9/2016). Hari ini hari terakhir pelaporan pengampunan pajak atau Tax Amnesty tahap pertama, Program ini diadakan untuk meringankan pembayaran pajak.
Country Head JLL Indonesia, Todd Lauchlan dalam tulisannya yang dipublikasikan di Property Report, menuturkan perekonomian Indonesia yang tumbuh 5 persen merupakan pendorong utama pasar properti.

"Namun amnesti pajak dianggap sebagai katalisator penting lainnya," cetus Todd .

Meski tidak diketahui berapa banyak dana yang akan digunakan dari amnesti pajak tahap pertama, namun setiap dana segar untuk infrastruktur adalah hal positif.

Pajak penjualan

Kebijakan diskon pajak penjualan juga dinilai memperkuat pasar perumahan. Penjual rumah akan membayar pajak final hanya sebesar 2,5 persen dari harga transaksi, turun dari sebelumnya 5 persen.

Sementara untuk rumah di bawah 36 meter persegi, pajak penjualan yang dikenakan hanya 1 persen. Ini diterapkan guna mendukung masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) untuk memiliki rumah.

Dengan berbagai stimulus seperti itu, Loemongga dan Herman kompak mengatakan, properti Indonesia bangkit 2017 mendatang. 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com