Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menepis Anggapan Buruk tentang Pengembang China

Kompas.com - 03/10/2016, 07:00 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

Struktur yang belum jadi atau masih dalam konstruksi diselubungi jaring pengaman berwarna hijau mulai dari lantai dasar hingga teratas.

Alhasil, tak ada setitik pun cipratan adukan semen, atau debu yang beterbangan di udara memenuhi situs proyek. 

Calon konsumen pun dapat dengan nyaman dan aman meninjau ruang pamer (show unit) di lantai tertentu tanpa khawatir material konstruksi mengenai kepala atau busana mereka. 

"Intinya, kami membangun proyek ini dengan kualitas tinggi. Baik teknologi, material yang digunakan maupun manajemen konstruksi," sebut Tommy.

Menurut Ferry, Green Town membangun ruang pamer, dan juga galeri marketing layaknya properti siap huni. 

Berbeda dengan di Indonesia, ruang pamer dan galeri marketing hanya berupa dummy dan tak dapat digunakan.

Sementara ruang pamer dan galeri marketing proyek Green Town dibangun dengan kualitas yang sama persis dengan yang didapatkan konsumen.

Termasuk eksterior, interior, furnitur tertentu yang tidak dapat dipindahkan, cat, jaringan kabel listrik, dan fasilitas lainnya.

"Pembeli dapat merasakan suasana unit apartemen yang akan mereka tinggali. Lagipula ruang pamer atau galeri marketing ini kelak dimanfaatkan sebagai fasilitas publik," jelas Ferry.

Premium

Sedangkan proyek Green Town di Shanghai yang diklaim premium dan prestisius adalah Shanghai Bund House. 

Menempati kawasan elite Shanghai Bund, proyek ini dibanderol dengan harga selangit yakni Rp 300 juta per meter persegi hingga Rp 760 juta per meter persegi atau Rp 90 miliar sampai Rp 400 miliar.

Nyaris mendekati harga apartemen di Central Business District (CBD) Hongkong yang sudah mencapai Rp 1 miliaran per meter persegi.

Hilda B Alexander/Kompas.com Salah satu proyek China Communications Construction Group (CCCG) di Shanghai, Shanghai Bund House. Proyek ini mengadopsi desain klasik Hyde Park London, Inggris.
"Harga properti Shanghai bisa jadi sejajar dengan Hongkong tak lama lagi. Sekitar dua tahunan. Karena per tahun saja di sini harganya mengalami kenaikan 20 persen," sebut staf marketing Green Town untuk proyek Shanghai Bund House, Rocky Lu. 

Lagi, kendati harganya tinggi, para pemilik bisnis (business owner), pesohor, investor dan pengendali saham tetap membelinya. 

Dengan mengadopsi arsitektur dan interior berdesain klasik Hyde Park Inggris, Green Town menawarkan gaya hidup bak Ratu Elizabeth di Inggris sana.

Daan Mogot City

Simon menjelaskan, apa yang sudah dilakukan Green Town di China akan mereka adopsi dan kembangkan di proyek Daan Mogot City di Jakarta Barat.

Dari total 16 hektar lahan yang akan digarap untuk 24 menara apartemen, 40 persen di antaranya dialokasikan untuk ruang terbuka hijau dan beragam fasilitas macam rumah sakit, fasilitas pendidikan, dan community development.

Megaproyek ini diproyeksikan menelan dana gross development value (GDV) sekitar 1 miliar dollar AS, atau Rp 13 triliun. Sebanyak 10 persen di antaranya untuk belanja lahan.

Pembangunan Daan Mogot City akan dimulai pada akhir kuartal I-2017 dan ditargetkan rampung 24 bulan kemudian.

"Apabila meleset dari target atau kami wanprestasi, jaminannya uang kembali. kami bayarkan unit-unit yang telah dibeli dengan harga aktual," tandas Simon.

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com