JAKARTA, KOMPAS.com - Material gipsum dinilai menjadi bahan bangunan yang mampu menjawab kebutuhan konstruksi cepat, berkualitas, dan efisien.
Di Indonesia, penggunaan gipsum baru menyentuh angka 100 juta meter persegi dari 260 juta penduduk dengan 95 persennya digunakan sebagai ceiling atau langit-langit.
Sementara di Inggris, penggunaannya sebanyak 300 juta meter persegi dari 60 juta penduduk. Penggunannya pun tak hanya terbatas pada langit-langit, tetapi juga untuk tembok atau drywall.
"Pemakaian gipsum di kita masih 0,4 persen per kapita, sedangkan di Eropa sudah 4-5 persen per kapita. Ini yang coba kita edukasi ke masyarakat bahwa untuk punya rumah nyaman ya harus punya benchmark sesuai standar luar negeri," ucap Managing Director Saint-Gobain Construction Products Indonesia (SGCPI) Hantarman Budiono, di Jakarta, Kamis (21/7/2016).
Kendati demikian, Hantarman optimistis akan ada kenaikan penjualan gipsum di Indonesia. Ke depan, dia menargetkan dapat menjual gipsum 20 persen lebih banyak dari tahun lalu.
"Sejauh ini kita produksi bisa mengarah ke 20 juta meter persegi per tahun, jadi untuk target penjualan tahun ini dikurangi saja dengan 20 persen," tambahnya.
Dengan kata lain, penjualan gipsum Gyproc tahun ini diharapkan bisa menembus 16 juta meter persegi.
Nama Gyproc sebagai produsen gipsum ternama dunia diakui Hantarman menjadi salah satu pemicu optimisme. Selain itu, penerimaan Gyproc di Indonesia oleh masyarakat Indonesia juga positif.
"Setelah kami buka pabrik di sini penerimaannya juga jadi bagus ditambah dengan produk dan nama yang bagus jadi saya optimis," pungkas Hantarman.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.