Dalam catatan Colliers International Indonesia, mereka yang membeli apartemen secara tunai bertahap sebanyak 58 persen. Sementara komposisi pembeli yang membayar secara tunai keras (hard cash) sebesar 16 persen.
"Konsumen yang membayar apartemen dengan cara mencicil atau menggunakan fasilitas KPA adalah kelas menengah bawah. Komposisinya 26 persen," ungkap Associate Director Colliers International Indonesia kepada Kompas.com, Minggu (29/2/2016).
Menurut Ferry, kelas menengah atas dan orang-orang kaya memilih metode pembayaran secara tunai dan tunai bertahap karena suku bunga kredit di Indonesia masih sangat tinggi.
Saat ini, suku bunga kredit masih berada pada kisaran 12 persen-13 persen mengikuti suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) 7 persen.
Bandingkan dengan suku bunga kredit di negara Asia Tenggara lainnya yang jauh lebih kompetitif. Sebut saja Thailand, Filipina, dan Malaysia yang sudah berada pada level satu digit.
Thailand saat ini menerapkan suku bunga kredit hanya 7,10 persen mengikuti suku bunga acuan Bank of Thailand 1,5 persen. Sementara Filipina dan Malaysia masing 6,86 persen dan 6,85 persen.
Tingginya suku bunga kredit di Indonesia, kata Ferry, memicu peningkatan pembayaran dengan cara tunai dan tunai bertahap kepada pengembang (developer).
Kendati Bank Indonesia telah merevisi aturan loan to value (LTV) menjadi 20 persen, namun itu tidak signifikan memacu pembelian apartemen lewat KPA.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.