JAKARTA, KOMPAS.com - "Ini saatnya investasi di sektor properti. Segala indikator yang mendukungnya mulai memperlihatkan perbaikan. Terutama penurunan suku bunga acuan BI Rate".
Wealth Advisory Head Consumer Banking OCBC NISP, Juky Mariska, mengutarakan hal tersebut di Jakarta, Senin (22/2/2016).
Menurut Mariska, penurunan suku bunga acuan BI Rate sebesar 25 persen basis poin menjadi 7 persen sangat diantisipasi pasar. Terlebih inflasi juga sudah berada pada kisaran 4 persen, demikian halnya dengan Rupiah yang sudah lebih stabil.
"Hal tersebut mendorong capital inflow berupa obligasi dan saham yang lebih agresif dan sangat diantisipasi market. Akan ada tambahan dana Rp 34 dana. Ini menarik, karena dulu loan rate 12 persen, sekarang jadi 14 persen," papar Mariska.
Dia melanjutkan, jika situasi global terus membaik, terbuka peluang untuk penurunan suku bunga acuan lebih lanjut menjadi enam persen.
Nah, dengan tren penurunan suku bunga ini seharusnya sektor properti terutama pembiayaan kredit pemilikan rumah (KPR) cukup diuntungkan.
"Karena KPR sensitif terhadap perubahan BI Rate ya," imbuh Mariska.
Bagi konsumen kelas menengah bawah, tren penurunan suku bunga ini merupakan momentum yang tepat untuk membeli dan berinvestasi properti.
Sementara bagi pengembang dengan cadangan lahan luas dan menyasar pasar kelas menengah bawah akan diuntungkan, karena cost of fund jauh lebih rendah.
OCBC NISP sendiri pada tahun 2015 lalu telah menyalurkan KPR senilai Rp 11 triliun dengan non performing loan (NPL) di bawah satu persen.
Tahun ini, mereka menargetkan pertumbuhan KPR sekitar 12 persen menjadi Rp 12 triliun. Adapun suku bunga reguler yang ditetapkan saat ini 9 persen dan floating sekitar 12 persen.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.